Beban produksi naik, margin industri plastik bakal terpangkas



JAKARTA. Tingginya harga bahan baku karena bea masuk, harga minyak dunia, dan kenaikan tarif listrik mulai mengancam merosotnya profit margin industri plastik. Kondisi ini terjadi jika beban produksi meningkat, namun volume produksi tetap. Sedangkan ancaman daya beli menurun berada di depan mata.

Menurut Budi Susanto, Wakil Ketua Asosiasi Industri Plastik dan Olefin Indonesia (Inaplas), karena beban produksi sudah meningkat maka margin industri plastik siap terpangkas hingga 5%.

Industri plastik sudah mengalami kenaikan harga bahan baku dasar plastik yakni polyethylene (PE) dan polypropiline (PP). Saat ini harga bahan baku impor untuk polyethylene (PE) diperkirakan sekitar US$ 1.200 per ton dan polypropiline (PP) US$ 1.450 per ton. "Kenaikan harga ini karena faktor harga minyak dunia yang terus melonjak, dan beberapa krisis di timur tengah yang menghambat jalur distribusi," katanya. Namun sejak awal Januari lalu letika beban produksi naik, industri plastik tidak bisa dengan mudah menaikkan harga jual. Ini disebabkan ancaman penurunan daya beli tahun ini akibat inflasi yang mencapai 7%. Total impor kedua bahan baku tersebut bisa mencapai sekitar 1,57 juta ton per tahun dengan estimasi nilai impor mencapai US$1,2 miliar. "Selain harga bahan baku, bea masuk menunjang kenaikan, tapi kita tidak serta merta naikan harga ritel," ungkap Budi.Memang ada peningkatan volume produksi yakni sebsar 6-8%. Namun ini terkait penambahan kapasitas oleh sejumlah produsen plastik di Indonesia. Penambahan kapasitas ini sebagian karena progam yang tertunda tahun lalu dan rencana-rencana baru perusahaan plastik. Dengan catatan peningkatan volume ini, belum tentu diiringi dengan penyerapan daya beli yang baik sampai akhir tahun. "Sampai akhirnya, volume meningkat tapi perkiraan laba justru merosot," kata Budi.Guna mensiasati hal itu, industri lebih memilih untuk melakukan efisiensi dan mencari bahan baku yang lebih murah. Saat ini bahan baku industri plastik diimpor dari negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. "Ini langkah efisiensi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie