Beban selisih kurs bikin Darma Henwa (DEWA) rugi US$ 1,58 juta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Per semester I-2019, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) membukukan kerugian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 1,58 juta. Kerugian terutama disebabkan oleh selisih kurs yang berbalik arah menjadi rugi sebesar US$ 1,4 juta, padahal sebelumnya mencatatkan laba US$ 3,26 juta.

Meskipun masih merugi, jumlah tersebut turun signifikan 28,82% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Penurunan tersebut terjadi karena DEWA membukukan kenaikan pendapatan sebesar 11,67% yoy menjadi US$ 129,57 juta.

"Pengerjaan tambang proyek batubara Bengalon milik PT Kaltim Prima Coal masih berkontribusi terbesar terhadap pendapatan Darma Henwa," jelas Sekretaris Perusahaan DEWA Mukson Arif Rosyid dalam siaran pers, Minggu (4/8).


Baca Juga: Kinerja Emiten Grup Bakrie, BUMI mengecewakan tapi BRMS, ENRG dan BNBR Memuaskan

Kontribusi proyek batubara Kaltim Prima Coal pada total pendapatan DEWA sebesar 71,26%. Adapun penghasilan dari Kalim Prima Coal sebesar US$ 92,34 juta. Jumlah tersebut meningkat 29,04% yoy.

Kemudian pengerjaan tambang batubara Asam-Asam PT Arutmin Indonesia menyumbang pendapatan sebesar US$ 32,34 juta. Proyek batubara Satui PT Cakrawala Langit Sejahtera memberikan penghasilan sebesar US$ 4,26 juta.

Baca Juga: Darma Henwa (DEWA) dapat kontrak pembangunan akses jalan Rp 30 miliar

Selain itu, proyek infrastruktur tambang yang dikerjakan Darma Henwa juga memberi kontribusi positif. Per akhir Juni 2019, PT Dairi Prima Mineral dan PT Citra Palu mineral menambah pendapatan DEWA sebesar US$ 593.212 dan US$ 25.473.

Peningkatan pendapatan tersebut lantas membuat laba bruto DEWA melesat 860,6% dari US$ 920,48 menjadi US$ 8,84 juta. "Peningkatan laba bruto disebabkan Darma Henwa berhasil melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitas," jelas dia.

Baca Juga: Perusahaan jasa penambangan batubara genjot produksi tahun 2019

Adapun beban pokok pendapatan DEWA tercatat sebesar US$ 120,73 juta. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 4,9% yoy. Kenaikan tersebut didorong oleh naiknya beban subkontraktor hingga 36,81% yoy menjadi US$ 69,84 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati