JAKARTA. Proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tengah jadi salah satu fokus pemerintah untuk bisa diselesaikan tepat waktu masih membutuhkan pendanaan. Kebutuhan pendanaan pembangunan LRT sepanjang 83,6 kilometer (Km) itu mencapai Rp 23 triliun. Dalam Perpres nomor 65 tahun 2016, dana pembangunan LRT akan diambilkan dari APBN. Selain pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pembiayaan proyek juga berasal dari pengembangan investasi dan Public Service Obligation (PSO) yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Beban sisa pendanaan proyek LRT dipikul Bank BUMN
JAKARTA. Proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tengah jadi salah satu fokus pemerintah untuk bisa diselesaikan tepat waktu masih membutuhkan pendanaan. Kebutuhan pendanaan pembangunan LRT sepanjang 83,6 kilometer (Km) itu mencapai Rp 23 triliun. Dalam Perpres nomor 65 tahun 2016, dana pembangunan LRT akan diambilkan dari APBN. Selain pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pembiayaan proyek juga berasal dari pengembangan investasi dan Public Service Obligation (PSO) yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).