Beban utang Petroselat makin berat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nasib Petroselat Ltd yang kini berstatus pailit, semakin berat. Pasalnya, ada kreditur baru yang mendaftarkan tagihan utang. Tagihan berasal dari 14 karyawan Petroselat dan CV Riau Bina Usaha Pertiwi.

Sejatinya pendaftaran tagihan kepada Petroselat telah ditutup saat proses persidangan kepailitan pada tahun lalu. Namun, rapat kreditur terbaru memutuskan menerima tagihan tersebut.

Kurator kepailitan Petroselat Jun Cai bilang, 14 karyawan bisa mengajukan tagihan, sebab kurator telah melakukan Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) kepada mereka. "Ada 14 karyawan yang telah ditetapkan kurator untuk dilakukan proses PHK. Maka silakan para karyawan tersebut untuk mendaftarkan tagihannya," jelas Jun saat rapat kreditur, Rabu (25/7).


Sedangkan Riau Bina Usaha merupakan vendor Petroselat yang menyediakan jasa penyediaan alat berat dan genset. Riau Bina Usaha mendaftarkan tagihan senilai Rp 2,137 miliar dan US$ 20.800 US$.

Direktur Riau Bina Usaha Eli Wardana menyatakan, nilai tagihannya melebihi jumlah tersebut. "Yang tadi disebutkan kurator belum dihitung pajak. Kalau sudah termasuk pajak nilai tagihannya menjadi Rp 2,351 miliar, dan US$ 22.880," jelas Eli.

Menurut Eli, tagihan berasal dari tunggakan biaya sewa alat berat seperti crane, excavator, hingga genset yang belum dibayarkan Petroselat sejak tahun 2015. Saat ini pun, beberapa unit genset Riau Bina Usaha masih digunakan Petroselat di Blok Migas Selat Panjang.

"Tadinya ada tiga, tapi sudah kami tarik satu. Tadi juga makanya saya minta pertimbangan ke rapat, bagaimana sudah tidak dibayarkan, tapi kalau ditarik semua gelap itu aset negara," sambung Eli.

Investor masuk

Petroselat merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Blok Migas Selat Panjang yang jatuh pailit sejak November 2017. Dalam proses kepailitan, anak usaha PT Sugih Energi Tbk (SUGI) ini punya utang senilai Rp 117,65 miliar kepada 47 kreditur.

Asset Coordinator Sugih Energi, Dindot Soebandrio menyatakan, pihaknya telah meminta Valbury Indonesia mencari investor. "Valbury sebagai arranger, jadi dia yang mencari investor, bisa dari mana saja," kata Dindot.

Di rapat kreditur, Dindot menyampaikan bahwa sudah ada investor yang siap memberi dana segar. Saat ini, negosiasi masih berjalan dan diperkirakan bisa tuntas dalam 3-4 bulan ke depan. Hanya saja, Dindot masih enggan membeberkan lebih jauh.

Yang jelas, dana dari investor baru akan dipakai untuk melanjutkan meningkatkan produksi Petroselat di Blok Selat Panjang. "Untuk operasi lagi, meningkatkan produksi tentunya, dan juga akan ada pembayaran kepada kreditur, walau mungkin tak akan langsung semua, mungkin 25% dahulu," jelas Dindot.

Sumber KONTAN membisikkan, calon investor Petroselat adalah PT Intra Asia Corpora. Intra Asia merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Asuransi Intra Asia, dan PT Cipendawa yang sempat terdaftar di Bursa dengan kode emiten CPDX. Pun pada 2005, Intra Asia sempat membeli maskapai Kartika Airlines dari PT Truba.

"Negosiasi sudah dimulai sejak April lalu, tapi alot karena pemegang saham (SUGI) masih belum cocok dengan harga yang ditawarkan," bisik sumber yang enggan disebut itu. Selain membidik Petroselat, Intra Asia juga dikabarkan akan membeli perusahaan pailit lain yaitu Merpati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie