KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas merosot. Ini terjadi karena banyak bank sentral mulai menjual emas. Hal ini pertama kali terjadi sejak 2010. Kamis (29/10), harga emas di pasar spot turun 0,5% pada level US$ 1.867,79 per ons troi. Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Desember 2020 di US$ 1.867,8 atau turun 0,61%. Jika sejak pandemi virus corona, beberapa negara banyak mengumpulkan emas dan membuat harga emas mencapai rekor tertinggi. Pada kuartal III tahun ini berdasarkan data World Gold Council (WGC) seperti dikutip Bloomberg, bank sentral melakukan penjualan bersih emas 12,1 ton bullion. Padahal pada tahun sebelumnya bank sentral melakukan pembelian 141,9 ton emas.
Baca Juga: Ke bawah Rp 1 juta, harga emas Antam (13/10) turun Rp 12.000 per gram Penjualan emas didorong oleh bank sentral Uzbekistan dan Turki. WGC menjelaskan, pada kuartal ketiga tahun ini bank sentral Turki dan Uzbekistan menjual emas masing-masing sebanyak 22,3 ton dan 34,9 ton. Uzbekistan telah menyimpan cadangan devisa di emas sejak beberapa dekade lalu. Penjualan emas juga dilakukan oleh bank sentral Rusia. Ini menjadi pertama kali secara kuartalan dalam 13 tahun tahun terakhir. Selam ini, pembelian pembelian bank sentral menjadi mendukung kenaikan harga emas dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya itu, kenaikan harga emas juga terjadi karena aliran dana masuk pada exchange traded fund (ETF) berbasis emas. Akibatnya, harga emas mencapai rekor tertinggi pada tahun 2020. "Tidaklah mengherankan dengan situasi tersebut bank sentral mungkin melihat cadangan emas mereka," kata Louise Street, Analis WGC. Harga emas yang naik cukup tinggi. Bahkan pada Agustus 2020, harga emas menguat ke level rekor di atas US$ 2.075 per ons troi. Sebelum turun untuk diperdagangkan di sekitar US$ 1.900 per troi ons dalam beberapa pekan terakhir. Dalam dua hari belakangan, bahkan harga emas diperdagangkan di US$ 1.800-an per ons troi. Baca Juga:
Harga emas naik tipis di awal perdagangan Kamis (29/10), masih ada risiko melemah Penurunan tersebut menurut WGC disebabkan penjualan bank sentral. "Hampir semua penjualan berasal dari bank sentral yang membeli dari sumber domestik dengan memanfaatkan harga emas yang tinggi pada saat fiskal mereka meregang," jelas Street seperti dikutip Bloomberg. WGC mengatakan, selama ini sebagian besar pembelian perhiasan melemah. Ini terjadi karena permintaan perhiasan India turun hingga setengahnya, sementara konsumsi perhiasan China juga turun. Citigroup Inc. bulan lalu memperkirakan, permintaan bank sentral menurun pada tahun ini dan akan pulih pada 2021. Sebab pada tahun 2018 dan 2019, pembelian emas bank sentral hampir mencapai rekor. Menurut WGC, penurunan permintaan perhiasan sebagian diimbangi oleh lonjakan permintaan 21% dari investor. Mengambil data dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Metals Focus, emas batangan dan emas koin meningkat, karena aliran dana yang diperdagangkan di bursa melambat dari kuartal sebelumnya.
Sementara permintaan emas batangan secara keseluruhan turun 19% dari tahun-ke-tahun ke level terendah sejak 2009 pada kuartal terakhir. Sementara itu, total pasokan emas turun 3% year on year karena produksi tambang tetap tertekan, bahkan setelah pembatasan Covid-19 dicabut di produsen seperti Afrika Selatan. Peningkatan kuartalan dalam daur ulang emas melunakkan harga emas. Ini juga terjadi karena konsumen mulai menjual emas saat harga tinggi.
Baca Juga: Harga emas Antam hari ini anjlok Rp 12.000 menjadi Rp 995.000 per gram, Kamis (29/10) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana