KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun 2022 ini, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan bahwa ketersediaan komoditi pangan nasional aman. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA). "Prognosa neraca pangan Januari-Desember bahwa Insya Allah aman. Dari NFA juga menyatakan bahwa kondisi ketersediaan atau produksi 12 komoditas utama kita sampai Desember Insya Allah aman," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah saat rakor pengendalian inflasi di daerah, secara virtual, Senin (14/11). Nasrullah mengatakan, kenaikan harga pangan terjadi di tingkat konsumen. Sedangkan harga ditingkat produsen saat ini stabil. Oleh sebab itu seharusnya harga ditingkat konsumen tak mengalami kenaikan.
"Ini perlu kita lihat jangan sampai ada bottleneck antara produsen sampai ke tingkat konsumen. Karena seharusnya secara produksi harga tidak terjadi kenaikan ditingkat konsumen," imbuhnya. Menurutnya, luas panen untuk produksi beras naik 0,19 juta hektare dari 10,41 juta hektar di 2021 menjadi 10,61 juta hektare pada 2022. Maka dengan demikian di tahun 2022 diproyeksikan ada 55,67 juta ton padi atau setara 32,07 juta ton beras. Jumlah produksi beras ini naik 0,72 juta ton dibandingkan tahun lalu. "Artinya dengan kondisi data produksi yang ada beras kita aman. Lalu kenapa ada kenaikan harga dan beberapa informasi kekurangan tentu harus kita cek dengan baik," jelas Nasrullah.
Baca Juga: The Fed Jadi Biang Kerok Inflasi Global? Begini Kata Sri Mulyani Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut sebagian besar harga barang kebutuhan pokok per 11 November 2022 berada dalam kondisi yang stabil. Bahkan dalam harga kebutuhan pokok mengalami tren penurunan, jika dibandingkan bulan lalu dan minggu lalu. Misalnya harga cabai merah keriting pada bulan lalu berada pada posisi Rp 49.900 per kilogram. Per 11 November turun menjadi Rp 33.200 per kilogram. Demikian juga dengan harga cabai rawit merah dari Rp 61.700 per kilogram bulan lalu, turun menjadi Rp 46.500 per kilogram per 11 November. Bambang Wisnubroto, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementan mengatakan, kondisi berbeda terjadi pada komoditas pangan bawang merah dan kedelai yang memerlukan perhatian khusus. "Kenapa terjadi kenaikan barang merah mungkin perlu diidentifikasi lebih lanjut, karena menjelang Natal dan Tahun Baru tentu nanti akan ada tren kenaikan permintaan, ini perlu kita antisipasi bersama," kata Wisnu. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan per 11 November 2022, harga bawang merah saat ini mencapai Rp 36.300, naik 7,72% dibandingkan bulan lalu yang sebesar Rp 33.700 per kilogram. Kemudian dibandingkan minggu lalu harga bawang merah juga naik 3,42%. Selain bawang merah, Wisnu menambahkan, tren kenaikan harga juga terjadi pada komoditi pangan kedelai. Harga kedelai sebesar Rp 14.900 per kilogram, naik 3,4% dari bulan lalu. Untuk mengatasi harga kedelai, pemerintah pusat dalam ini Kementerian Perdagangan memberikan selisih bantuan harga di tingkat pengrajin tahu tempe sampai dengan akhir tahun 2022 sebesar Rp 1.000 per kilogram. Wisnu menyampaikan, harga komoditi beras juga menjadi perhatian pihaknya. Pasalnya beras dalam 2 bulan terakhir ini memberikan andil inflasi sebesar 0,04%dan 0,03%. Adapun tren kenaikan harga beras masih berlangsung sampai dengan saat ini. "Ini momen-momen krusial karena bulan November, Desember, Januari ini adalah masa-masa paceklik, Maret baru panen. Ini perlu kita menjadi kewaspadaan," imbuhnya. Secara nasional harga beras medium masih menunjukkan tren kenaikan. Perkembangan rata-rata nasional harga beras medium per 11 November 2022 di Region B yaitu Sumatera non produsen, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT) berada pada harga Rp 11.400 atau naik 3,64% dibandingkan bulan lalu sebesar Rp 11.000 per kilogram. Untuk Region C yakni Maluku dan Papua harga rata-rata beras per 11 November yakni Rp 11.500 per kilogram naik Rp100 dibandingkan bulan lalu. Sedangkan, pada Region A seperti Jawa Sulawesi Lampung dan NTB harga beras Rp 10.300 per kilogram naik Rp 100 dari bulan lalu. "Kami telah meminta kepada Bulog dan kami juga mengharapkan pada dinas-dinas Pemda seluruh Indonesia untuk bekerja sama dengan Bulog setempat melakukan kegiatan KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga)," paparnya. Melalui KPSH Bulog akan mengintervensi pasar melalui beras medium. KPSH dilakukan di pasar-pasar eceran, untuk menetralisir harga beras yang mengalami trend kenaikan. Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menyatakan bahwa sampai Desember nanti stok pangan secara nasional aman. Dimana berdasarkan data NFA, untuk beras diperkirakan stok akhir Desember nanti yakni 6,4 juta ton. Kemudian stok akhir Desember 2022 untuk jagung 3,7 juta ton, bawang merah 113.366 ton, bawang putih 171.693 ton, cabai besar 25.665 ton, daging lembu 162.889 ton, daging ayam ras 590.134 ton, telur ayam ras 63.660 ton, gula konsumsi 1,08 juta ton, minyak goreng 831.490 ton, cabai rawit 15.732 ton. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, mengatakan terdapat kecenderungan kenaikan harga, bawang merah, daging dan lainnya menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Oleh karenanya Ia meminta adanya kewaspadaan terutama bagi pemerintah daerah.
Adapun dalam stabilisasi pasokan dan harga pangan, serta pengendalian inflasi nasional NFA melakukan beberapa langkah. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan mobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit. Gusti menjelaskan, per 11 November 2022 realisasi penyaluran/mobilisasi komoditas pangan yang dilakukan NFA ialah, beras telah dimobilisasi sebanyak 271,24 ton. Kemudian bawang merah sebanyak 52,17 ton; cabe merah keriting 9,82 ton; cabe rawit merah 97,32 ton; jagung 3.500 ton; telur ayam ras 42 ton; daging ayam 32 ton; live bird (ayam hidup) 314 ton dan sapi hidup 88,4 ton.
Baca Juga: NFA Sebut Stok Pangan hingga Akhir Tahun Aman Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat