KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah didorong meninjau ulang target produksi 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Hal ini menyusul tren penurunan produksi dan lifting migas nasional. Terbaru, pemerintah telah menyepakati target lifting migas dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 lifting minyak untuk tahun 2024 sebesar 615 ribu Barel Oil Per Day (BOPD) hingga 640 ribu BOPD. Sementara itu, lifting gas bumi disepakati sebesar 1.030 Million Barel Oil Equivalent per Day (MBOEPD) hingga 1.036 MBOEPD.
Adapun, target pada tahun 2024 ini lebih rendah ketimbang target yang ditetapkan untuk tahun ini dimana lifting minyak bumi sebesar 660 MBOPD dan lifting gas bumi sebesar 1.100 MBOEPD Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, ada beberapa kondisi yang menghambat pengembangan industri hulu migas.
Baca Juga: Pertamina Bakal Ambil Alih Saham Shell di Masela Akhir Bulan Ini Ia menjelaskan, hengkangnya sejumlah perusahaan migas internasional dalam beberapa tahun terakhir, komitmen transisi energi hingga persoalan pendanaan menjadi tantangan dalam kegiatan investasi dan eksplorasi sektor hulu migas. "Target itu perlu direvisi, beberapa perusahaan asing sektor migas justru banyak yang keluar dari Indonesia beberapa tahun terakhir," jelas Bhima kepada Kontan, Selasa (6/6). Bhima melanjutkan, hengkangnya investor luar negeri dapat menjadi sinyal bahwa iklim investasi masih belum menarik hingga inkonsistensi kebijakan yang masih terjadi. Di sisi lain, tren penurunan harga minyak mentah pun dinilai ikut mempengaruhi keputusan investasi para perusahaan migas. Selain itu, banyak lembaga keuangan yang mulai mendorong kampanye lingkungan. Hal ini dinilai ikut mempengaruhi kepastian dukungan pendanaan bagi perusahaan migas. Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran Yayan Satyaki mengungkapkan, perlu upaya ekstra untuk mendorong target produksi dan lifting migas. "Saya kira untuk menggenjot 1 juta barel ini memerlukan
extra effort yang sangat kuat. Sedangkan di lapangan situasi ini tidak mudah," jelas Yayan kepada Kontan, Selasa (6/6). Yayan mengungkapkan, tren lifting migas dalam lima tahun terakhir memang mengalami penurunan. Kondisi ini pun dinilai mengkhawatirkan.
Baca Juga: Lifting Migas 2024 Ditargetkan Mencapai 1.676 Ribu BOEPD Selain itu, Yayan menilai perusahaan migas tengah menghadapi tantangan arus kas. "Mungkin perlu di-re evaluasi lagi dan membuat skenario-skenario pencapaian 1 juta barel," tegas Yayan.
Sementara itu, Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengatakan, penetapan target 1 juta barel justru bisa menjadi pendorong. "Memang cukup sulit di mana tahun 2030 semakin dekat dan produksi kita terus menurun, namun saya kira tidak ada masalah punya target tinggi sebagai pendorong kita untuk terus maju," ungkap Moshe kepada Kontan, Selasa(6/6). Moshe melanjutkan, diperlukan dukungan fiskal, kemudahan operasi hingga ketersediaan data yang harus terus didorong oleh pemerintah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .