JAKARTA. Pemilihan presiden usai digelar. Hasil hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei bermunculan. Tapi, hasilnya tak seragam. Saling klaim terjadi di dua kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.Lihat saja. Dari 12 lembaga survei, empat lembaga survei menunjukkan, perolehan suara pasangan Prabowo-Hatta unggul dalam hitung cepat. Sedangkan delapan lembaga survei lain memenangkan Jokowi-JK dalam hitung cepat. Survei yang digelar Kompas, misalnya, dari 100% sampel suara, pasangan nomor 1 mendapat suara 47,66% dan pasangan nomor 2 menang dengan suara 52,34%.Para analis kompak mengatakan, pergerakan IHSG pasca hasil quick count akan diwarnai aksi jual. Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, investor akan jauh lebih berhati-hati dalam bertransaksi karena perbedaan hasil survei tersebut. Bahkan, Reza memprediksikan, dana asing akan keluar dari pasar modal. "Investor bakal menunggu kepastian hasil pemilu," ujar dia. Dia memproyeksikan, IHSG akan melemah di 4.940-5.060. Penurunan saham ini bisa terjadi di semua sektor. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menyarankan, investor memantau apa yang akan dilakukan oleh investor asing. Pasalnya dana asing di pasar saham secara year to date (ytd) sekitar Rp 46,48 triliun. "Tak semua dana asing jangka panjang, kalau keluar bisa kontraksi lebar," ujar dia. Para analis menilai, kekhawatiran ini akan berlangsung sampai Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis data resmi pada 22 Juli. "Apapun bisa terjadi sepanjang masa menanti," ujar Satrio. Dia memproyeksikan, jika IHSG menembus 5.000 berpotensi ke 4.750-4.850. Tapi bisa jadi menguat ke 5.200-5.600. Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menambahkan, pasar saham akan diwarnai profit taking. "Apalagi sebentar lagi Lebaran, sehingga transaksi berkurang," terang dia. Namun, William Surya Wijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities, optimistis, bakal ada euforia pilpres. Dia memperkirakan, IHSG akan melaju di atas 5.000. Target resistance di 5.091 wajib ditembus untuk bisa memperkokoh pola uptrend IHSG dengan support saat ini di 4.976. Namun, William mengingatkan, agar investor tak larut dalam euforia lantaran masih beberapa tekanan ekonomi global. Selain itu menurut Satrio, secara fundamental ekonomi Indonesia masih belum bagus. "Jadi kalau naik hanya euforia saja. Bahkan saat IHSG naik tinggi itu waktu jualan," ujar dia. William sepakat, kenaikan IHSG cenderung terbatas. Dia menyarankan, jika ingin membeli secara bertahap. Begitu juga jika IHSG sudah bullish, investor bisa jual secara bertahap. Satrio menyarankan, bagi investor bisa tahan memegang saham. Tapi untuk trader, sebaiknya wait and see. "Tunggu lima menit perdagangan saham kemudian ikuti arahnya, sebab bisa sangat volatile," ujar dia. Para analis menyarankan beberapa saham yang layak koleksi. Di antaranya adalah sektor infrastruktur, konstruksi, konsumer dan perbankan. Misalnya, PT Astra International Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk dan lainnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Beda hasil quick count picu ketidakpastian baru
JAKARTA. Pemilihan presiden usai digelar. Hasil hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei bermunculan. Tapi, hasilnya tak seragam. Saling klaim terjadi di dua kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.Lihat saja. Dari 12 lembaga survei, empat lembaga survei menunjukkan, perolehan suara pasangan Prabowo-Hatta unggul dalam hitung cepat. Sedangkan delapan lembaga survei lain memenangkan Jokowi-JK dalam hitung cepat. Survei yang digelar Kompas, misalnya, dari 100% sampel suara, pasangan nomor 1 mendapat suara 47,66% dan pasangan nomor 2 menang dengan suara 52,34%.Para analis kompak mengatakan, pergerakan IHSG pasca hasil quick count akan diwarnai aksi jual. Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, investor akan jauh lebih berhati-hati dalam bertransaksi karena perbedaan hasil survei tersebut. Bahkan, Reza memprediksikan, dana asing akan keluar dari pasar modal. "Investor bakal menunggu kepastian hasil pemilu," ujar dia. Dia memproyeksikan, IHSG akan melemah di 4.940-5.060. Penurunan saham ini bisa terjadi di semua sektor. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menyarankan, investor memantau apa yang akan dilakukan oleh investor asing. Pasalnya dana asing di pasar saham secara year to date (ytd) sekitar Rp 46,48 triliun. "Tak semua dana asing jangka panjang, kalau keluar bisa kontraksi lebar," ujar dia. Para analis menilai, kekhawatiran ini akan berlangsung sampai Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis data resmi pada 22 Juli. "Apapun bisa terjadi sepanjang masa menanti," ujar Satrio. Dia memproyeksikan, jika IHSG menembus 5.000 berpotensi ke 4.750-4.850. Tapi bisa jadi menguat ke 5.200-5.600. Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menambahkan, pasar saham akan diwarnai profit taking. "Apalagi sebentar lagi Lebaran, sehingga transaksi berkurang," terang dia. Namun, William Surya Wijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities, optimistis, bakal ada euforia pilpres. Dia memperkirakan, IHSG akan melaju di atas 5.000. Target resistance di 5.091 wajib ditembus untuk bisa memperkokoh pola uptrend IHSG dengan support saat ini di 4.976. Namun, William mengingatkan, agar investor tak larut dalam euforia lantaran masih beberapa tekanan ekonomi global. Selain itu menurut Satrio, secara fundamental ekonomi Indonesia masih belum bagus. "Jadi kalau naik hanya euforia saja. Bahkan saat IHSG naik tinggi itu waktu jualan," ujar dia. William sepakat, kenaikan IHSG cenderung terbatas. Dia menyarankan, jika ingin membeli secara bertahap. Begitu juga jika IHSG sudah bullish, investor bisa jual secara bertahap. Satrio menyarankan, bagi investor bisa tahan memegang saham. Tapi untuk trader, sebaiknya wait and see. "Tunggu lima menit perdagangan saham kemudian ikuti arahnya, sebab bisa sangat volatile," ujar dia. Para analis menyarankan beberapa saham yang layak koleksi. Di antaranya adalah sektor infrastruktur, konstruksi, konsumer dan perbankan. Misalnya, PT Astra International Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk dan lainnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News