Beda kenaikan bensin dan solar tak kurangi inflasi



JAKARTA. Pemerintah mengklaim besaran kenaikan harga solar yang lebih rendah ketimbang premium bisa menekan angka inflasi. Namun, ekonom memperkirakan Jika besaran kenaikan harga BBM jenis premium dan solar berbeda, penurunan tekanan inflasinya tidak terlalu signifikan.  Seperti diketahui, pemerintah kemungkinan akan menetapkan besaran kenaikan harga solar lebih rendah ketimbang besaran kenaikan harga premium. Pasalnya, solar banyak digunakan untuk sarana transportasi logistik dan juga untuk nelayan.  Ekonom BII Juniman bilang dampak penurunan inflasi jika besaran harga solar dan premium berbeda tidak terlalu signifikan karena sebagian angkutan umum juga menggunakan premium sebagai bahan bakarnya. Sehingga, dampak inflasinya akan tetap sama seperti jika besaran kenaikan harganya sama. Artinya, "Kalau dihitung rata-rata (keseluruhan) kenaikan harga BBM tetap 33%, sehingga tambahan inflasinya akan sama," ujarnya. Dalam hitungan Juniman, setiap kenaikan harga BBM 10%, akan ada tambahan inflasi sekitar 0,8%. Sehingga jika rata-rata kenaikan harga BBM secara total 33%, maka tambahan inflasi sekitar 2,4% - 2,6%.  Tapi, Juniman mengakui, jika besaran kenaikan harga BBM berbeda maka dampak harga transportasi untuk bus yang berbahan bakar solar dan harga angkutan logistik tidak naik terlalu tinggi. Namun, Pelaksana tugas (Plt) Menteri Keuangan Hatta Rajasa mengklaim jika besaran kenaikan harga BBM untuk jenis solar dan untuk premium berbeda, dampak inflasinya akan lebih rendah. "Tambahan inflasinya sekitar 1,5% - 1,6%," jelasnya Selasa (14/5). Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro memperkirakan jika harga premium naik Rp 2.000 dan harga solar naik Rp 1.000 maka inflasi pada akhir tahun ini akan mendekati 7%. Perkiraan ini lebih rendah ketimbang jika harga BBM dinaikkan seragam sebesar Rp 1.500 di mana inflasinya bisa mencapai 7,5%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.