KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejar target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dinilai berat. Realisasi sekarang masih jauh dari harapan. Ketenagalistrikan pun menjadi sektor yang paling disorot. Bahkan, ada perbedaan tafsir bauran energi sektor setrum antara pemerintah dengan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Harris membeberkan, untuk mencapai target 23% bauran energi nasional pada tahun 2025, maka dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik hingga sekitar 10.000 Megawatt (MW). Padahal, penambahan kapasitas listrik EBT dalam empat tahun terakhir hanya berkisar di angka 400 MW-500 MW. Artinya, tanpa ada dorongan yang mengakselerasi, proyeksi penambahan kapasitas listrik EBT hanya sekitar 2.500 MW hingga tahun 2025. Saat ini, kapasitas terpasang listrik EBT masih sekitar 10.400 MW atau baru 15% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang ada di angka 69.000 MW.
Beda tafsir bauran EBT 23% pada 2025, begini versi METI dan pemerintah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejar target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dinilai berat. Realisasi sekarang masih jauh dari harapan. Ketenagalistrikan pun menjadi sektor yang paling disorot. Bahkan, ada perbedaan tafsir bauran energi sektor setrum antara pemerintah dengan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Harris membeberkan, untuk mencapai target 23% bauran energi nasional pada tahun 2025, maka dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik hingga sekitar 10.000 Megawatt (MW). Padahal, penambahan kapasitas listrik EBT dalam empat tahun terakhir hanya berkisar di angka 400 MW-500 MW. Artinya, tanpa ada dorongan yang mengakselerasi, proyeksi penambahan kapasitas listrik EBT hanya sekitar 2.500 MW hingga tahun 2025. Saat ini, kapasitas terpasang listrik EBT masih sekitar 10.400 MW atau baru 15% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang ada di angka 69.000 MW.