Bedah strategi investor kawakan



JAKARTA. Seolah sudah menjadi tabiat, pasar saham selalu bergerak naik turun bak  roller coaster. Terlebih saat banyak isu berseliweran seperti saat ini. 

Lirik saja, setelah dua kali menyentuh rekor baru di bulan ini, IHSG kemarin bergerak ke 5.219,80 atau menyusut 0,51% dibandingkan posisi rekor 5.246,48.

Di saat pasar berfluktuasi seperti sekarang, investor condong wait and see. Sejumlah investor kawakan pun menyikapi arah pasar yang belum pasti ini. 


"Saya memilih tak aktif dulu, memperbanyak kas sembari menunggu perkembangan isu," kata Prodjo Sunarjanto, salah satu investor saham papan atas, kepada KONTAN, kemarin (22/9).

Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) ini menyatakan, ada beberapa isu yang kini ia cermati. Isu paling utama tentu susunan kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla beserta arah kebijakan BBM bersubsidi. Pemerintah baru harus mengambil kebijakan yang jelas terkait pengurangan subsidi BBM. 

Investor kawakan lain, Surahman Durahman alias Eyang Ratman mengaku membagi portofolio menjadi dua bagian, yakni jangka pendek dan jangka panjang. 

Investasi jangka panjang memegang porsi 80% dan jangka pendek 20%. “Trading sebagian kecil saja. Sebagian besar diinvestasikan. Jadi kalau yang jangka pendek rugi, tidak habis,” ucap dia.

Untuk trading, Eyang Ratman memilih saham likuid dan fluktuasi harganya bagus. Untuk tenor panjang, dia memilih perusahaan berfundamental bagus. 

Dari emiten berkapitalisasi besar, Eyang Ratman menyaring lagi menjadi yang terbaik. Saham pilihannya antara lain JSMR, KLBF, BBRI, SMGR.

Investasi jangka panjang juga menjadi prinsip Lo Kheng Hong. Dalam menentukan pilihan, dia tak mengaitkan dengan kondisi IHSG maupun makroekonomi. “Saya melihat kinerja perusahaan,” ujar dia.

Seringkali, Kheng Hong mencari saham yang tak disukai orang, sehingga harganya rendah. Misalnya, kini emiten sektor pertambangan batubara menjadi pilihannya karena mayoritas investor cenderung menjauhi saham ini. 

Lagi pula, harga sahamnya jatuh cukup dalam. Ia tak menyentuh saham konstruksi dan infrastruktur, karena harga saham kedua sektor itu selangit.

Meski begitu, Kheng Hong menyebutkan perlu daya tahan untuk dapat berinvestasi jangka panjang. Bahkan, dia pernah menyimpan suatu saham sampai sembilan tahun. Justru langkah inilah yang membuat keuntungan Kheng Hong menggunung.

Adapun trader saham, Wahyu Trenggono, mengaku ia biasa menguasai suatu saham sekitar dua pekan sampai sebulan. Cuan yang diincar hanya 2%-3%. "Kalau lihat 3% bisa ditempuh dalam waktu sepekan, dalam setahun itu ada 52 minggu, berarti setahun 156%," ungkap dia.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia