Begini cara Intiland (DILD) jaga okupansi perkantoran tetap stabil di tahun ini



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tren Work From Home (WFH) yang terjadi seiring dengan pandemi Covid-19 memukul bisnis sewa perkantoran. Namun, PT Intiland Development Tbk (DILD) mampu bertahan, bahkan bisa menjaga keterisian gedung perkantorannya.

Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi menyampaikan, secara umum tingkat permintaan ruang kantor memang mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19. Namun, tingkat okupansi perkantoran Intiland secara rata-rata masih cukup stabil.

"Kami terus berusaha untuk menjaga tingkat okupansi dengan memberikan relaksasi kepada para penyewa dan mencari terus potensi pasar penyewa baru," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/9).


Dia mengungkapkan, tingkat okupansi perkantoran Intiland bervariasi, saat ini berkisar 55%-80%. Okupansi tertinggi di perkantoran South Quarter yang mencapai 80%, yang mana mayoritas tenant merupakan perusahaan multinasional. 

Baca Juga: Intiland Development (DILD) gelar topping off kedua apartemen Fifty Seven Promenade

Theresia bilang, masing-masing gedung perkantoran memiliki segmen dan target pasar yang berbeda. Intiland pun mencoba untuk masuk ke pasar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan, baik dari sisi lokasi, harga sewa, serta fasilitas yang disediakan.

Adapun saat ini DILD mengelola enam perkantoran yakni Intiland Tower di Jakarta, Intiland Tower Surabaya, South Quarter di Jakarta Selatan, Praxis, Spazio, serta Spazio Tower di Surabaya.

Hingga semester I-2021, bisnis perkantoran memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 135,5 miliar. Nilai ini justru meningkat 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 107,5 miliar. 

"Bisnis perkantoran memberikan kontribusi pendapatan usaha sekitar 12% dari keseluruhan. Target okupansi untuk masing-masing perkantoran berbeda-beda. Saat ini fokus kami adalah menjaga supaya tingkat okupansi tetap stabil dulu, sembari terus berusaha menambah tenant baru," ungkap Theresia.

Pada tahun lalu, kontribusi pendapatan usaha dari ruang perkantoran sebesar Rp 210 miliar. Sedangkan untuk sisa tahun 2021, Intiland memproyeksikan tren pasar perkantoran belum banyak mengalami perubahan.

Theresia tak menampik, risiko penurunan kontribusi dari bisnis perkantoran tetap ada, karena tingkat kebutuhan mengalami penurunan dan pasokan ruang kantor juga cukup banyak. 

 
DILD Chart by TradingView

"Di perkantoran yang kami kelola ada juga tenant yang keluar dengan berbagai pertimbangan, namun di sisi lain kami juga mendapatkan tenant baru. Kami cukup beruntung, kami memiliki tenant-tenant yang loyal," sambung Theresia.

Mengenai tren, Intiland melihat tingkat kebutuhan terhadap ruang perkantoran dengan ukuran kecil mengalami peningkatan. Theresia menyebut, pihaknya telah mengantisipasi tren tersebut dengan mengembangkan model perkantoran yang lebih dinamis seperti menyediakan fasilitas co-working space.

"Saat ini kami sudah memiliki tiga co-working space dengan nama Sub Co di Surabaya. Tipe perkantoran seperti ini tingkat okupansinya cukup bagus, secara rata-rata berkisar 85%-90%," tutup Theresia.

Selanjutnya: Oversupply di tengah anjloknya permintaan, bisnis sewa perkantoran kian tertekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari