JAKARTA. Adalah Prabowo Subianto, mantan Pangkostrad yang kini menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, di balik munculnya duet Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bermula ketika bursa pencalonan Gubernur-Wakil Gubernur DKI mulai menghangat, Ahok mendapat pesan singkat dari seseorang yang belum dikenalnya. "Ahok, kamu dicari oleh Prabowo." Begitu bunyi pesan yang masuk ke BlackBerry mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Namun bapak tiga anak itu tak begitu menggubris pesan bersangkutan. "Saya cuekin saja, saya kira paling hanya main-main saja," ujar Ahok dalam wawancara khusus dengan Tribun Jakarta, Selasa (20/3/2012).
Ahok kemudian mulai mempercayai pesan itu ketika kerabatnya di Bangka-Belitung mencoba menghubunginya. Ahok mendapat cerita, Prabowo sampai mengutus pengurus Partai Gerindra Bangka-Belitung untuk menghubungi dirinya. "Mereka (pengurus Gerindra) mengaku bingung karena SMS yang dikirim nggak pernah saya jawab. Telepon juga tidak diangkat," kata Ahok. Singkat cerita Ahok diminta bertemu dengan orang kepercayaan Prabowo di Plaza Indonesia, Jakarta. Bukannya Ahok yang menemui, namun ia menyuruh seorang stafnya. Utusan Ahok ditolak. "Saya hubungi, dia bilang saya ditunggu di Plaza Indonesia pukul 17.00 WIB," kenangnya. Setelah bertemu sang utusan, Ahok diminta untuk bertemu Prabowo di lokasi yang sama pukul 21.00. Ahok hanya menanggapi ajakan itu dengan tawa. "Dia (Prabowo) kan mau mencalonkan kamu sebagai wakil gubernur," ujar Ahok menirukan ucapan orang kepercayaan Prabowo. Ketika tiba waktu ditentukan, Ahok melihat Hasyim Djojohadikusumo (adik Prabowo) yang mengatakan dirinya ditunggu Prabowo di dalam ruangan. Ahok sempat grogi. "Eh bener nih Pak Prabowo. Dia (Prabowo) menawarkan santap malam, tapi karena saya sudah makan akhirnya hanya memesan air putih," tutur anak pasangan Indra Tjahaja Purnama (alm)-Buniarti Ningsih. Saat itu berkumpul pula petinggi Gerindra. Ia hanya mengingat Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M Taufik ikut hadir. Selama dua jam Ahok berbincang dengan Prabowo mengenai Jakarta. Ia membeberkan tentang sistem tranportasi ideal bagi Jakarta. Pengalaman selama satu tahun sebagai staf ahli membantu Gubernur DKI, Sutiyoso, menjadi modal. Sampai akhirnya sebuah keputusan dikeluarkan Prabowo. "Saya mau Ahok. Pokoknya Jokowi-Ahok. Ini putusan kita," ujar Prabowo seperti ditirukan Ahok. Saat itu Prabowo lansung meminta M Taufik bertemu PDI Perjuangan untuk berkonsolidasi. Padahal saat itu PDI Perjuangan sudah mulai mendekatkan Fauzi Bowo dengan Adang Ruchiyatna (kader PDI Perjuangan). Minggu pun berganti. Berita di berbagai media mengenai pemilukada diwarnai berbagai spekulasi pasangan kandidat. Tak pelak berbagai pemberitaan itu nyaris membuat kepercayaan Ahok goyah. Ahok menghubungi orang kepercayaan Prabowo. "Saya bertanya, benar nggak sih saya dipilih. Dia langsung mem-forward SMS dari Pak Prabowo. Isinya keputusan final Jokowi dan Ahok. Kalau PDI Perjuangan tidak mau, Gerindra tak dukung siapapun," kata anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar ini.
Sampai hari pendaftaran terakhir di KPU Jakarta, 19 Maret 2012, Ahok belum juga mendapat kepastian. Padahal, Ahok harus mengikuti rapat tim seleksi komisioner KPU di Komisi II DPR. Akhirnya, Ahok melapor Ketua Komisi II DPR Agun Gunanjar. "Pagi-pagi aku BBM (Blackberry Messengger) Pak Agun, minta izin tak mengikuti rapat Komisi II DPR karena menunggu pengumuman PDI Perjuangan," katanya. Ahok juga minta dipindahkan dari Komisi II. Beberapa saat kemudian, Ahok menerima kabar dari Tjahjo Kumolo. Sekjen PDIP itu meminta Ahok merapat ke kantor Megawati Institute di kawasan Tugu Proklamasi, Jakarta. "Begitu datang saya disalamin. Katanya Ibu Megawati sudah setuju kamu jadi calon wakil Jokowi," katanya. (ferdinand/yogi gustaman/
Tribunnews.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can