Begini Dampak Kenaikan Harga Besi & Baja terhadap Kinerja Hutama Karya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan jasa konstruksi, PT Hutama Karya (Persero) menyatakan bahwa kenaikan harga baja dan besi yang terjadi saat ini sudah tak terkendali. Ini membuat perusahaan perlu memantau dan mencermati langkah-langkah yang akan dijalankan ke depan.  

"Kenaikan harga baja dan besi yang terjadi saat ini sudah melebihi dari batas toleransi per proyek atau sudah tidak terkendali," ungkap EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo, kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Tjahjo menjelaskan, efek dari kenaikan harga besi dan baja ini dapat berpengaruh kepada nilai kontrak pada proyek yang sedang berjalan.


Maka dari itu, perusahaan pun kini tengah melakukan upaya lewat diskusi dengan pemilik proyek terkait peningkatan harga bahan baku material tersebut. Hutama Karya berharap, dapat dilakukan penyesuaian nilai kontrak maupun pengoptimalan penggunaan material. 

Baca Juga: Jasa Marga Kerjakan Rekonstruksi Rigid dan Perbaikan Jembatan di Tol Jakarta-Cikampek

"Baik untuk kontrak baru yang didapat dan proyek yang sedang berjalan di tahun ini," kata Tjahjo. 

Untuk meminimalisir dampak kerugian, Hutama Karya juga melakukan strategi lain seperti kontrak payung serta value engineering terhadap material pekerjaan proyek yang mengalami kenaikan.

Tak kalah penting, efisiensi serta upaya optimalisasi pun tetap ditekankan oleh perusahaan, baik pada kinerja dan biaya operasi untuk memaksimalkan laju bisnis Hutama Karya di sepanjang tahun.

Menurut Tjahjo, kini perseroan masih menunggu kebijakan Pemerintah terhadap kenaikan harga material seperti besi dan baja. Dengan begitu, pihaknya dapat segera melakukan eskalasi atau penyesuaian harga kontrak terhadap proyek-proyek yang sedang dikerjakan.

Baca Juga: Tahun ini, Acset Indonusa (ACST) Optimistis Raihan Kontrak Baru Akan Lebih Baik

Untuk diketahui, hingga Juli 2022, realisasi perolehan kontrak baru Hutama Karya tercatat sebesar Rp 6,9 triliun, dengan segmen yang memberikan kontribusi terbesar adalah jalan dan jembatan sebesar 42,07% dan EPC sebesar 41,60%.

Sektor swasta yang masih mendominasi perolehan kontrak baru Hutama Karya dengan kontribusi sebesar 43,50%, BUMN sebesar 29,07% serta dari pemerintah sebesar 27,43%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi