KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batubara menjadi salah satu komoditas energi yang harganya tertekan sepanjang tahun ini. Meski demikian, penurunan harga batubara tidak terlalu berdampak terhadap kinerja PT IMC Pelita Logistik Tbk (
PSSI) Direktur IMC Pelita Logistik Harry Tjhen PSSI menjelaskan, PSSI memiliki kontrak panjang dengan pelanggan dengan jangka waktu kontrak minimal 1 tahun. Sehingga, pada saat harga batubara turun seperti saat ini, kinerja PSSI tidak terdampak secara langsung. “Karena kontrak sudah terikat jangka panjang” terang terang Harry dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Selasa (14/11).
Di sisi lain, PSSI juga tidak begitu terdampak kenaikan harga minyak yang menjadi sumber bahan bakar. Sebab, harga minyak tercantum dalam klausul kerjasama dengan klien. Sehingga, kenaikan harga minyak akan dibebankan (pass-on) kepada pelanggan. Tahun ini, PSSI meramal ada sedikit penurunan dari sisi pendapatan. Direktur PSSI Yolanda Watulo memproyeksi ada penurunan pendapatan sekitar 5% dari tahun lalu.
Baca Juga: Laba IMC Pelita Logistik (PSSI) Tumbuh 6% di Tengah Penurunan Pendapatan Penurunan ini sebagai dampak dari penurunan tarif di mother vessel (MV), walaupun tarif di Floating Loading Facility (FLF) cukup baik. “Walaupun dengan estimasi penurunan 5%, pendapatan diestimasikan di angka kisaran US$ 100 juta tahun ini,” pungkas Yolanda. Dari sisi
bottomline, PSSI menaksir raihan laba bersih akan sama dengan tahun lalu. Sebab, tahun ini PSSI sudah melakukan penjualan beberapa aset FLF. Yolanda tidak menampik, adanya penurunan volume seiring dengan penjualan beberapa aset. Namun, karena tarif FLF dan tongkang (T&B) yang lebih baik, pendapatan PSSI diproyeksi tidak turun begitu dalam. Tahun ini PSSI masih akan berfokus pada pengangkutan batubara dibandingkan nikel. Meski harganya lebih premium dibandingkan batubara, pengangkutan nikel memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Salah satunya disebabkan alat berat yang masih masuk ke dalam kapal tongkang untuk mengangkut nikel. Kandungan air dalam nikel juga berbeda sehingga berdampak pada muatan kapal.
“Walaupun harga nikel lebih premium, tetapi resikonya lebih tinggi,” pungkas Harry. Adapun total pengangkutan nikel tahun ini ditaksir sebesar 5% sampai 8% dari total volume pengangkutan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari