KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72 dan 73 memberikan dampak bagi kinerja PT Lippo Karawaci Tbk (
LPKR). EBITDA (pendapatan sebelum pajak, depresiasi, dan amortisasi) LPKR di kuartal I-2020 meningkat sebesar 50,4% menjadi Rp 705 miliar dari Rp 469 miliar di kuartal I-2019. "Kami harus melakukan penyesuaian dengan adanya adopsi PSAK 73 baru-baru ini. PSAK 73 menyebabkan perubahan dari beban sewa ke biaya bunga, sehingga EBITDA tampak menjadi lebih tinggi," tulis manajemen LPKR melalui keterbukaan informasi, Selasa (30/6). Dampaknya, sebesar Rp 128 miliar menyiratkan normalisasi EBITDA sebesar Rp 577 miliar, atau naik sebesar 23% yoy.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) mencatatkan marketing sales Rp 703 miliar di kuartal I-2020 Real Estate Development memimpin pertumbuhan EBITDA, meningkat sebesar 108% yoy menjadi Rp 148 miliar di kuartal I-2020 dari Rp 71 miliar di kuartal I-2019. Di samping itu, Siloam membukukan pertumbuhan EBITDA yang kuat sebesar 31,3% yoy menjadi Rp 304 miliar dengan marjin 21,5% di kuartal I-2020 dari Rp 231 miliar atau setara marjin 17,9% di kuartal I-2019. Secara keseluruhan marjin ebitda telah membaik menjadi 23% di kuartal I-2020 dari 16% di kuartal I-2019. "Namun, sesuai dengan kebijakan akuntansi mark to market, kami mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp 2,39 triliun di Lippo Karawaci pada kuartal I-2020, karena rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika Serikat," jelasnya. LPKR melaporkan rugi bersih konsolidasian sebesar Rp 2,12 triliun, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 50 miliar pada periode sama tahun lalu. "Melihat perkembangan nilai tukar saat ini, kami perkirakan akan adanya penyesuaian selisih kurs yang menguntungkan di kuartal II-2020 sesuai dengan kebijakan akuntansi mark to market," imbuhnya. Di Siloam, seperti yang dilaporkan, EBITDA tumbuh sebesar 31,3% yoy, sesuai dengan pertumbuhan pendapatan dengan marjin tinggi termasuk dari korporasi dan asuransi dan biaya ditanggung pribadi, dan juga efisiensi operasional sehingga menghasilkan pertumbuhan marjin. Normalisasi ebitda meningkat 13% di mana selisihnya adalah efisiensi operasional. Dari seluruh bisnisnya, SILO melaporkan kerugian EBITDA di rumah sakit ramping up turun menjadi Rp 15 miliar pada kuartal I-2020 dari Rp 39 miliar pada kuartal I-2019, atau membaik sebesar 61,5% yoy. Rumah Sakit Flagship melaporkan pertumbuhan EBITDA sebesar 14% yoy menjadi Rp 169 miliar, rumah sakit mature melaporkan pertumbuhan EBITDA sebesar 13% yoy menjadi Rp 169 miliar, ebitda rumah sakit distinct meningkat sebesar 21% yoy menjadi Rp 40 miliar.
Baca Juga: Bantu penanganan Covid-19 Jatim, Lippo Karawaci (LPKR) sumbangkan 25.000 APD Selanjutnya EBITDA rumah sakit BPJS meningkat sebesar 100% yoy menjadi Rp 16 miliar. Secara keseluruhan, pertumbuhan EBITDA Siloam terkait dengan pendapatan yang lebih tinggi serta peningkatan kontrol biaya di berbagai segmen bisnis. Untuk PSAK 72, bisnis properti harus mengakui pendapatan ketika selesai serah terima. Ini adalah faktor pendorong utama yang meningkatkan persediaan tumbuh Rp 2,43 triliun dan uang muka pelanggan tumbuh Rp 3,15 triliun. Saldo laba ditahan turun sebesar Rp 579 miliar sebagai hasil atas penyesuaian tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto