Begini Jurus BRI Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Tengah Ancaman Resesi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso menegaskan komitmen bank BRI untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi global. Hal tersebut disampaikan Sunarso dalam gelaran Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2022.

Sunarso menuturkan, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dicapai melalui fokus kepada driver pertumbuhan domestik dengan cara mendorong UMKM yang dapat mendorong penciptaan lapangan kerja.

“Disinilah BRI yang core business-nya UMKM harus lebih berperan aktif, karena 97% lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari UMKM,” tambahnya.


Adapun, kata Sunarso, BRI optimistis apabila kredit tetap tumbuh maka akan memberikan dampak positif terhadap ketahanan ekonomi nasional. 

Baca Juga: BRI Catat Volume Transaksi AgenBRILink Capai Rp 855 Triliun hingga Agusuts 2022

“Dalam konteks ini saya tetap mengatakan tetap tumbuh, artinya apa? Upaya kita menekan inflasi itu penting, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita bisa menekan inflasi dan tetap menumbuhkan perekonomian kita sehingga tidak terjadi stagflasi dan tidak terjadi tambahan unemployment,” jelas Sunarso.

Kendati demikian, menurut Sunarso BRI masih optimistis dapat menjaga kinerja positif yang berkelanjutan. 

“Maka, untuk tumbuh syaratnya ada tiga,” imbuhnya.

Pertama, sumber pertumbuhannya jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang. Lebih lanjut, sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi hadir sejak September 2021 bersama PT Pegadaian PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian BUMN.

Kedua, adanya kecukupan modal. Sunarso menyebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI mencapai 25%.

“Cukup untuk tumbuh selama 4 tahun ke depan, maka labanya berapa pun, tidak ada alasan untuk menahan laba menjadi modal. Jadi layak dibagikan, karena itu cukup,” ujar Sunarso.

Ketiga adalah likuiditas. Saat ini, papar Sunarso, rasio LDR nasional berada di level 82%, meski masih terdapat tantangan dari sisi likuiditas.

Di sisi lain, untuk menghadapi situasi ekonomi yang melambat karena tantangan-tantangan yang akan dihadapi pihaknya pun telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang menjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.

Pertama, kondisi ekonomi pulih dengan inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk. Maka strateginya adalah mempercepat proses write-off agar recovery rate-nya dapat lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.

“Untuk itu BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266%, angka tersebut lebih dari cukup. Maka jika terjadi pemburukan kondisi, maka BRI aman, dan nasabah juga aman. Pemantauan kualitas pinjaman yang intensif,” katanya menjelaskan.

Baca Juga: Adira Finance Kantongi Peringkat idAAA untuk Obligasi dan Sukuknya

Kedua, kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Maka langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-off supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi.

Namun menurunkan coverage ratio, mengurangi bantalan untuk tumbuh. Kemudian melakukan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan sehingga kredit dipacu untuk tumbuh.

Ketiga, kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kredit membaik. Maka strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit LPG menjadi moderat. Juga mempertahankan coverage ratio yang tinggi untuk bantalan dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman.

Dan yang terakhir, kondisi yang paling buruk, ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk.

“Maka strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan Loan Portofolio Guideline yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi dan simulasi-simulasi berbagai keadaan yang buruk itu selalu kita lakukan secara lebih ketat. Itulah 4 matriks kemungkinan kondisi ekonomi ke depan berserta skenario strategi dan mitigasi risiko untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan tersebut,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi