Begini jurus UMKM menangkal krisis korona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus korona baru membuat banyak roda bisnis seret bahkan terhenti. Tak cuma perusahaan besar, juga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Jelas, itu membuat omzet UMKM terjun bebas. Misalnya,  penjualan bracket untuk kendaraan roda dua besutan Abdul Manap, pemilik UD Karunia Mandiri, dari Citeureup, Bogor, ini hanya 640 unit di Maret lalu. Padahal, UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) itu di Januari masih sanggup menjual 1.650 unit bracket.

Omzet Pala Nusantara, produsen jam tangan kayu, juga merosot hingga 50% selama pandemi. Begitu juga dengan kedai Sudut Pandang Kopi yang saat pandemi mengalami kemerosotan omzet.


Baca Juga: Kemenkop UKM siapkan tiga fase pemulihan koperasi terdampak Covid-19

Meski begitu, mereka tidak patah arang, dengan mencari celah dan upaya untuk tetap bertahan. "Untung ada ide dari YDBA supaya kami berinovasi," kata Abdul Manap, kepada KONTAN, Jumat (19/6).

Baca Juga: Pandemi Covid-19 berpotensi turunkan pendapatan hingga Rp 1.158 triliun

Kebutuhan alat pelindung diri (APD) yang tinggi membuatnya beralih produksi, dari bracket ke face shield. Hasilnya, sebelumnya dia cuma bisa meraup omzet Rp 7 juta, kini naik berlipat-lipat menjadi Rp 45 juta per bulan.

Menambah varian produk juga UMKM binaan YDBA lainnya lakoni, yakni Tri Retno Maharani, pemilik Handicraft Blacu. Sebelumnya, ia membuat  ragam produk kerajinan dari kain, sekarang fokus membuat masker dan daster. Kenapa daster? Karena, menurutnya, banyak wanita kini bekerja di rumah.

Hasilnya lumayan. Dalam seminggu, Tri bisa menjual 20 daster dan 100 masker.

Membuat produk berbeda juga dilakukan Ilham Pinastiko. Pemilik Pala Nusantara yang sebelumnya membuat jam tangan kayu, sekarang memproduksi tas multifungsi yang bisa meletakkan barang sesuai dengan tempatnya.

Sedang di bisnis kedai kopi, David Cassidy, pemilik Sudut Pandang Kopi, siap menerapkan protokol kesehatan dan berencana membuat menu kolaborasi dengan pihak lain yang sudah punya nama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon