KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menilai bahwa penghentian operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya bukan solusi tepat untuk mengatasi permasalahan polusi di DKI Jakarta di tengah perhelatan KTT ASEAN. Hal ini lantaran beberapa alasan. Pertama, PLTU Suralaya diklaim telah dipasangi teknologi ESP dan scrubber atau pembersih polusi, serta memiliki baku mutu di bawah ambang batas yang ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dus, dengan asumsi bahwa klaim-klaim tersebut benar, kebijakan mematikan PLTU Suralaya tidak efektif untuk menangani isu polusi DKI Jakarta. Terlebih di sepanjang bulan April-Oktober ini, angin yang bertiup dari arah timur ataupun tenggara DKI Jakarta, sehingga polusi yang sampai ke Jakarta berasal dari arah tersebut.
Begini Tanggapan IESR Soal Penghentian Operasi Sebagian Unit PLTU Suralaya
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menilai bahwa penghentian operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya bukan solusi tepat untuk mengatasi permasalahan polusi di DKI Jakarta di tengah perhelatan KTT ASEAN. Hal ini lantaran beberapa alasan. Pertama, PLTU Suralaya diklaim telah dipasangi teknologi ESP dan scrubber atau pembersih polusi, serta memiliki baku mutu di bawah ambang batas yang ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dus, dengan asumsi bahwa klaim-klaim tersebut benar, kebijakan mematikan PLTU Suralaya tidak efektif untuk menangani isu polusi DKI Jakarta. Terlebih di sepanjang bulan April-Oktober ini, angin yang bertiup dari arah timur ataupun tenggara DKI Jakarta, sehingga polusi yang sampai ke Jakarta berasal dari arah tersebut.