Begini Kata Kemenkeu Soal Tren Kenaikan Harga Minyak Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa pekan terakhir, harga minyak mentah dunia terus menguat berada di atas US$ 94 per barel pada hari Senin (18/9). Dinamika itu terjadi akibat keputusan negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC+), seperti Arab Saudi dan Rusia, untuk mengurangi produksi minyak hingga 1,3 juta barel sampai Desember 2023.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 52 sen menjadi US$ 94,45 per barel pada pukul 1039 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen pada US$ 91,43.

Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Wahyu Utomo  mengungkapkan, dampak dinamika tersebut ke harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) masih terkendali, serta masih dalam batas yang bisa dikelola dengan baik.


“Dalam outlook 2023 ICP US$ 78 per barel itu rata rata dalam 1 tahun, sementara itu peningkatan ICP  saat ini masih perlu dicermati apakah masih dalam kisaran yang sama atau ada deviasi,” tutur Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (21/9).

Baca Juga: Skema Gaji PNS Single Salary Dikhawatirkan Bebani APBN, Begini Kata Kemenkeu

Meski begitu, Wahyu bilang jika melibat pada realisasi APBN hingga Agustus 2024 yang masih mengalami surplus, dampak dan dinamika harga minyak global ke ICP masih tetap terkendali.

Selain itu, menurutnya harga ICP masih bergerak dinamis, dan pemerintah tetap akan memonitor perkembangannya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan akan menyoroti mekanisme penyaluran subsidi BBM yang dilakukan PT Pertamina (Persero), di tengah harga minyak mentah dunia yang melonjak.

“Kita akan melihat mekanisme untuk BUMN yang melaksanakan subsidi kompensasi untuk terus menjaga dari sisi volume, penargetan, mengontrol dari sisi akuntabilitasnya,” tutur Sri Mulyani.

Sementara itu, dari sisi kebijakan, pihaknya akan segera menemui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Adapun sebagai upaya untuk mengantisipasi  melonjaknya harga minyak mentah dunia tersebut, pemerintah dan Banggar  sepakat menaikkan anggaran subsidi energi pada 2024, dari semula sebesar  Rp 185,87 triliun menjadi Rp 189,10 triliun.

Selain itu, Pemerintah dan Banggar juga menyepakati usulan kenaikan harga minyak mentah, dari US$ 80 per barel menjadi US$ 82 per barel. Skenario ini mempertimbangkan keputusan sejumlah negara OPEC yang akan mengurangi produksi minyak bumi karena faktor geopolitik, dan dampak potensi perlambatan ekonomi Tiongkok dan global.

Untuk memenuhi kebutuhan minyak bumi di dalam negeri, melalui pembahasan yang seksama, Pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI sepakat untuk menaikkan target lifting minyak bumi dari rencana semula 625 ribu barel/hari menjadi 635 ribu barel/hari.

Baca Juga: Subsidi Energi di Tahun 2024 Capai Rp 189,10 Triliun, Ini Kata BKF

Sedangkan untuk mencapai target ini, Pemerintah harus mendorong pertumbuhan operasi pada sektor hulu minyak bumi. Langkah ini mengantisipasi menipisnya produksi dari lapangan minyak bumi kita yang sudah tua.

Lebih lanjut, mengutip data Trading Economics, harga minyak mentah dunia diperkirakan terus menguat hingga tahun depan. Sampai akhir tahun ini, harga minyak mentah Brent diprediksi naik sampai US$  96,5 per barel dan menguat hingga US$ 104,2  per barel tahun depan.

Sri Mulyani mengakui, pergerakan harga minyak dunia ke depan memang tidak bisa diprediksi apakah bisa terus meningkat atau berbalik menurun.  

“Ke depan tak ada yang tahu mengenai proyeksi ya, seperti yang kita lihat dalam perkembangan. Dari sisi permintaan minyak sendiri yang tadi tergantung dari bagaimana kondisi kesehatan kondisi dunia, perekonomian AS, RRT, yang kemudian akan menentukan skala dari harga tersebut. Jadi ya, kita kelola saja” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi