KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komaruddin mengatakan, saat ini sudah terlihat ada tiga poros yang akan maju di Pilpres 2024. Adapun tiga poros tersebut ialah, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Ujang mengatakan, kemungkinan tiga poros di 2024 bisa terjadi jika Koalisi Perubahan untuk Persatuan yakni NasDem, Demokrat dan PKS tetap bersatu. "Di politik ada banyak kemungkinan. Saya melihatnya kalau tetap 3 poros ini bagus karena kalo 2 poros pertarungan akan semakin tajam," kata Ujang kepada Kontan.co.id, Senin (7/8).
Baca Juga: Pemilu Diyakini akan Berdampak Positif Pada Penerimaan Pajak 2024 Menurutnya, dengan tiga poros akan menghindari adanya persaingan yang tajam. Ia memberi contoh saat pilpres 2019. Di mana hanya ada dua calon yang pada akhirnya menimbulkan benturan yang keras serta timbu polarisasi. "Jadi 3 poros solusinya 2204 agar ngga ada benturan yang kuat saat pilpres. Kalau 2 konflik kencang polarisasi, kencang bisa rusak persatuan. Yang kita lihat saja apakah 3 poros atau juga bisa dua. Karena politik itu dinamis. Selama belum ada pendaftaran semua kemungkinan bisa berubah," jelasnya. Kemudian adanya uji materi mengenai syarat ambang batas minimal usia Capres dam Cawapres yang sedang berjalan di Mahkamah Konstitusi (MK) juga menjadi salah satu manuver politik yang terjadi. "Kita lihat usia 35 tahun arahnya ke Gibran, kelihatannya masyarakat mengira akan duet dengan Prabowo. Tapi ini kita lihat saja. Ingat juga Pak Jokowi sudah membantah akan dugaan tersebut. Tidak ada dugaan jika tidak ada maksud. Nah siapa yang punya maksud? Orang kuat pasti, yang ada posisi dan ingin dorong capres cawapres dibatas usia tersebut," ujarnya. Senada dengan Ujang, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengatakan, politik bersifat dinamis. Maka masih ada kemungkinan ke depan apa tiga poros yang kini terlihat bisa tetap bertahan atau akan hanya dua poros saat 2024 nanti.
Baca Juga: Pasca Reshuffle Kabinet, Peta Politik Diprediksi Masih Dinamis Meski demikian Ia menyebut, terkait uji materi usia Capres Cawapres merupakan konsumsi elit. Dimana Adi mengatakan, hanya segelintir elit yang paham apa yang ditujukan dari adanya pengajuan uji materi tersebut.
"Uji materi ini bukan ujug-ujug, bukan tanpa ada kepentingan, dan kemudian ditengarai ada kepentingan untuk memuluskan Gibran jadi cawapres," kata Adi. Menurutnya, jika ada asumsi uji materi dikaitkan dengan Gibran lantaran Walikota Solo tersebut memang memiliki magnet tersendiri. Diluar dirinya yang anak dari presiden, Adi mengatakan Gibran populer di Solo bahkan digandrungi para pemilih muda. "Jadi kalau kita melihat pembicaraan di media sosial ketika uji materi ini ramai banyak yang mem-mention nama Gibran daripada nama lain, artinya publik terkonfirmasi uji materi ini ya karpet merah untuk Gibran bukan yang lain," kata Adi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .