KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia punya peluang untuk mengoptimalkan ekspor minyak jelantah atau minyak goreng bekas ke luar negeri, khususnya Eropa. Hal ini seiring tingginya minat Eropa terhadap produk tersebut sebagai bahan baku biodiesel. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyebut, berdasarkan perkiraan GIMNI, jumlah minyak jelantah di Indonesia saat ini berkisar 18%--22% dari total pemakaian minyak goreng biasa. Jadi, jika pemakaian minyak goreng biasa berkisar 5,8 juta ton per tahun, maka volume minyak jelantah berkisar 1,1 juta ton per tahun. Sebagian minyak jelantah tersebut diekspor ke berbagai negara, termasuk Eropa. Sayangnya, GIMNI tidak memiliki data jumlah ekspor minyak jelantah Indonesia. Yang terang, ekspor tersebut dilakukan dalam volume yang besar. Adapun ekspor minyak jelantah dilakukan untuk kebutuhan bahan baku biodiesel, khususnya di Eropa.
Begini kata pengamat soal potensi ekspor minyak jelantah asal Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia punya peluang untuk mengoptimalkan ekspor minyak jelantah atau minyak goreng bekas ke luar negeri, khususnya Eropa. Hal ini seiring tingginya minat Eropa terhadap produk tersebut sebagai bahan baku biodiesel. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyebut, berdasarkan perkiraan GIMNI, jumlah minyak jelantah di Indonesia saat ini berkisar 18%--22% dari total pemakaian minyak goreng biasa. Jadi, jika pemakaian minyak goreng biasa berkisar 5,8 juta ton per tahun, maka volume minyak jelantah berkisar 1,1 juta ton per tahun. Sebagian minyak jelantah tersebut diekspor ke berbagai negara, termasuk Eropa. Sayangnya, GIMNI tidak memiliki data jumlah ekspor minyak jelantah Indonesia. Yang terang, ekspor tersebut dilakukan dalam volume yang besar. Adapun ekspor minyak jelantah dilakukan untuk kebutuhan bahan baku biodiesel, khususnya di Eropa.