KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keluhan tentang sulitnya birokrasi untuk mendukung program pariwisata yang dicanangkan kembali menuai kritik. Kali ini, Duta Besar Indonesia untuk Polandia Peter F Gontha yang mencurahkan keluh kesahnya tentang sulitnya birokrasi di Indonesia, khususnya terkait peraturan Kementerian Perhubungan tentang pesawat charter yang dinilai merugikan pariwisata Indonesia. Seperti dikutip dari laman Facebooknya, Peter Gontha menceritakan, pada 24 Juni perusahaan penerbangan Polandia beserta operator tour Rainbow Tours asal Polandia akan memulai lagi penerbangan charter dari Warsawa langsung ke Bali. Rencananya, setiap dua pekan sekali LOT Airlines akan terbang langsung dari Warsawa ke Denpasar dengan membawa 252 penumpang selama 4-5 bulan ke depan. Tetapi, lantaran peraturan di Indonesia hanya membolehkan pesawat charter membawa dan memulangkan penumpang yang datang dan pergi dengan pesawat charter tersebut, maka pesawat yang bersangkutan akan pulang tanpa penumpang setelah mengantarkan turis kloter pertama. "Yang mana akan merugikan perusahaan charter tersebut sekitar US$250.000-US$ 300.000 karena kosong," jelas Peter.
Begini keluhan Peter Gontha soal efek aturan pesawat charter terhadap pariwisata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keluhan tentang sulitnya birokrasi untuk mendukung program pariwisata yang dicanangkan kembali menuai kritik. Kali ini, Duta Besar Indonesia untuk Polandia Peter F Gontha yang mencurahkan keluh kesahnya tentang sulitnya birokrasi di Indonesia, khususnya terkait peraturan Kementerian Perhubungan tentang pesawat charter yang dinilai merugikan pariwisata Indonesia. Seperti dikutip dari laman Facebooknya, Peter Gontha menceritakan, pada 24 Juni perusahaan penerbangan Polandia beserta operator tour Rainbow Tours asal Polandia akan memulai lagi penerbangan charter dari Warsawa langsung ke Bali. Rencananya, setiap dua pekan sekali LOT Airlines akan terbang langsung dari Warsawa ke Denpasar dengan membawa 252 penumpang selama 4-5 bulan ke depan. Tetapi, lantaran peraturan di Indonesia hanya membolehkan pesawat charter membawa dan memulangkan penumpang yang datang dan pergi dengan pesawat charter tersebut, maka pesawat yang bersangkutan akan pulang tanpa penumpang setelah mengantarkan turis kloter pertama. "Yang mana akan merugikan perusahaan charter tersebut sekitar US$250.000-US$ 300.000 karena kosong," jelas Peter.