Begini kondisi industri tekstil dalam negeri di tengah pandemi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang terus bergulir hingga saat ini, secara umum masih menekan industri Tekstil dan produk Tekstil (TPT) dalam negeri. Selain masih diprediksi geliat bisnis TPT akan minus di akhir tahun, pelaku industri berharap akan proteksi importasi garmen.

Sekretaris Jenderal API Rizal Tanzil Rakhman memaparkan saat ini industri TPT masih dalam kondisi yang relatif stagnan, pasar masih menciut, dan daya beli yang rendah.

Oleh karenanya, pelaku industri TPT berharap meningkatnya daya beli masyarakat, pasar dalam negeri bisa terproteksi, serta adanya substitusi impor bisa terealisasi.

Baca Juga: Industri TPT: Pengendalian impor jadi fokus penyelamatan industri TPT nasional

Adapun untuk pengajuan safeguard garmen masih dalam proses verifikasi dan penyiapan data-data. "Di akhir tahun ini, industri TPT diprediksi minus," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/9).

Dalam upaya pemenuhan bahan baku kapas, karena pabrik kapas lokal sedang tidak optimal, sebelumnya importasi kapas untuk kebutuhan bahan baku sebanyak 98% menjadi 100% saat ini.

Rizal mengatakan impor kapas ke Indonesia paling banyak dari China, kemudian India, Brazil, Australia, lalu Amerika Serikat.

Melansir lembar fakta Cotton USA yang diterima Kontan.co.id, kapas Amerika Serikat telah diekspor ke lebih dari 20 negara setiap tahunnya. Adapun Vietnam menjadi tujuan ekspor kapas AS terbesar selama lima tahun terakhir, kemudian China, Pakistan, Turki, Bangladesh, Indonesia, dan Meksiko.

Adapun ketujuh negara ini merupakan importir kapas AS yang stabil dan cukup besar. Secara global,  Cotton Council International (CCI) melakukan survei yang menemukan perubahan perliku konsumen selama Covid-19.

Chairman Cotton Council International, Hank Reichle menyampaikan bahwa terdapat optimisme di kalangan pelaku industri garmen global paska ditetapkannya Covid -19 sebagai pandemi.

Optimisme tersebut didasari oleh adanya perubahan perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Juga: Ini manfaat industri garmen ikut keanggotaan US Cotton Trust Protocol (CTP)

Reichle menyampaikan bahwa dari data survey global U.S. Cotton Trust Protocol terkini, 54% pemimpin perusahaan brand garmen dan tekstil mengatakan bahwa mereka telah melihat tuntutan konsumennya akan praktik dan produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi Covid-19.

Berdasarkan data yang sama, 59% responden  percaya bahwa konsumen akan tetap memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.

“Lebih dari 62% responden survey yang disampaikan para pemimpin perusahaan garmen global menyampaikan bahwa program keberlanjutan produk menjadi fokus utama saat ini. Selain itu, 59% responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi dalam produksi produk yang ramah lingkungan.” jelasnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (24/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto