JAKARTA. Meski pertumbuhan kredit lebih tinggi keimbang penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), tingkat likuiditas Bank Central Asia (BCA) tetap terjaga. Rasio pengguanaan dana simpanan nasabah untuk kredit atau loan to deposit ratio (LDR) berada di level 75,9%. "Rasio kredit kami terhadap DPK berada pada level yang sehat," terang Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, Kamis (30/10). Untuk menjaga likuiditas, BCA juga memiliki secondary reserve senilai Rp 74,3 triliun. Angka itu setara dengan 17,2% dari total DPK BCA yang mencapai Rp 432 triliun. Sejalan dengan tingkat likuiditas, BCA juga mempertegas posisi kesehatan melalui capital adequacy ratio (CAR) yang berada pada level 17,2%. "Angka itu naik dari posisi CAR di September 2013 yang sebesar 15,8%," tambah Jahja.
Begini kondisi likuiditas dan permodalan BCA
JAKARTA. Meski pertumbuhan kredit lebih tinggi keimbang penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), tingkat likuiditas Bank Central Asia (BCA) tetap terjaga. Rasio pengguanaan dana simpanan nasabah untuk kredit atau loan to deposit ratio (LDR) berada di level 75,9%. "Rasio kredit kami terhadap DPK berada pada level yang sehat," terang Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, Kamis (30/10). Untuk menjaga likuiditas, BCA juga memiliki secondary reserve senilai Rp 74,3 triliun. Angka itu setara dengan 17,2% dari total DPK BCA yang mencapai Rp 432 triliun. Sejalan dengan tingkat likuiditas, BCA juga mempertegas posisi kesehatan melalui capital adequacy ratio (CAR) yang berada pada level 17,2%. "Angka itu naik dari posisi CAR di September 2013 yang sebesar 15,8%," tambah Jahja.