Begini layanan yang diberikan bank digital pada awal beroperasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2021, industri perbankan tanah air akan diramaikan oleh kehadiran bank digital atau neo bank. Namun kehadiran bank yang terbilang baru ini bakal mengandalkan layanan penghimpunan dana (funding) lalu pembayaran (payment). 

Bila para pengguna mulai nyaman dan loyal menggunakan dua layanan itu, barulah optimalisasi kredit (lending). PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC misalnya telah meluncurkan produk deposito dengan bunga hingga 8%.

"Dasarnya, kami masuk ke funding dulu, karena nasabah konvensional yang biasa offline akan konversi ke online. Setelah itu ada pilihan untuk payment, Saat ini kami tengah menunggu approval Payment Point Online Bank (PPOB) dan QRIS," ujar Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, Kamis (29/4). 


Ia mengakui bank tidak bisa mengandalkan produk simpanan berbunga tinggi. Lantaran nasabah bisa pergi ketika ada produk dengan imbal hasil yang lebih menarik. Oleh sebab itu, diperlukan layanan pembayaran seperti PPOB agar nasabah nyaman dan loyal terhadap bank.

Baca Juga: Perkuat modal, Bank Neo Commerce (BBYB) sebut Akulaku berkomitmen serap rights issue

Seiring persiapan terhadap layanan kredit sendiri, Tjandra menyatakan mengoptimalkan ekosistem yang dimiliki oleh induk perusahaan Akulaku. Dalam hal ini, Bank Neo Commerce menyalurkan kredit bagi pelaku UMKM melalui sinergis dengan bisnis fintech peer to peer lending yang dimiliki oleh Akulaku. 

Tak mau kalah, pada pertengahan tahun ini, PT Bank Central Asia Tbk akan memperkenalkan anak usaha yang menjalankan bisnis bank digital secara penuh melalui PT Bank Digital BCA. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang anak perusahaan ini memang disiapkan khusus menggarap segmen milenial yang terbilang digital savvy. 

“Prioritasnya di sini pasarnya milenial yang akan menjadi nasabah digital bank ini. Pertama kita akan kembangkan di sisi funding (himpunan dana) dan payment (pembayaran) sebagai dasarnya. Lalu baru ke melakukan lending (kredit)," papar Jahja secara virtual.

Ia melanjutkan, dalam menggarap bisnis lending ini, BCA harus melakukan pengajian. Lantaran bisnis perbankan berbeda dengan peer to peer (P2P) lending yang relatif cepat memberikan pinjaman dengan bunga relatif tinggi.

"Tapi kalau bank digital tunggu dulu ada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan atur suku bunga. Sehingga kita perlu menggali strategi lending apa yang akan kita lakukan," papar Jahja. 

Kendati demikian, ia menegaskan akan susah untuk menggarap pinjaman korporasi maupun komersil pada tahap awal bisnis lending dijalankan. Sebab harus menggunakan penjaminan dan melihatkan tanda tangan notaris. 

"Digital itu harus instan tidak ada lagi dokumen seperti itu. Sehingga korporasi, komersil, bahkan UMKM terkadang harus membutuhkan penjaminan. Sehingga ini pasar baru, dan BCA pemain baru disini, maka perlu dipelajari lagi," imbuhnya. 

Baca Juga: Bank Gencar Ekspansi Bisnis Digital, Lirik Perusahaan Modal Ventura dan Asuransi Jiwa

Jahja menjelaskan BCA sudah memiliki layanan digital banking melalui BCA Mobile. Nah nantinya, ekosistem yang ada pada layanan ini akan diberikan kepada PT Bank BCA Digital nantinya. 

"Hal serupa akan dikembangkan di BCA Digital itu. Tapi tentu yang betul-betul disukai milenial. Market milenial besar dan luas sekali, dengan ekosistem yang sudah ada di BCA, sehingga kita beri dukungan ke anak perusahaan ini," tukas Jahja.

Selanjutnya: Kinerja kinclong, simak rekomendasi Mirae Asset Sekuritas untuk saham BBCA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi