KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah yang terjadi pada beberapa saat terakhir diharapkan mampu memperkuat kondisi likuiditas valuta asing (valas) yang dimiliki perbankan. Terlebih, ketika nasabah pada akhirnya lebih memilih menyimpan valas yang dimiliki. Seperti diketahui, pada akhir pekan lalu rupiah spot ditutup menguat ke level Rp 15.492 per dolar AS. Level tersebut tentu sudah jauh lebih menguat dibandingkan pada posisi akhir Juli 2024 yang masih berada di level Rp 16.260 per dolar AS. Amin Nurdin, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) mengungkapkan bahwa jika kondisi rupiah yang menguat terus stabil tentu akan mendukung adanya pelonggaran di likuiditas valas perbankan.
Sayangnya, ia melihat kondisi tren penguatan rupiah ini belum akan stabil dalam jangka panjang. Artinya, mata uang rupiah yang fluktuatif masih menjadi tantangan bagi kondisi likuiditas perbankan. ”Dampaknya memang ada tapi rasanya belum akan signifikan dan panjang,” ujar Amin. Baca Juga:
Dolar Melemah Sementara Yen Menguat Setelah Pernyataan Ueda Jika menilik data terbaru Bank Indonesia (BI), kondisi simpanan valas perbankan per Juli 2024 tumbuh 16,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.321,7 triliun. Laju tersebut melambat dari bulan sebelumnya yang mampu tumbuh 19,6% YoY. Namun, itu merupakan data di Juli 2024, di mana penguatan rupiah belum terlihat signifikan. Mengingat, sepanjang Juli 2024, kurs rupiah spot hanya menguat 0,70% terhadap dolar AS dari posisi Rp 16.375 per dolar AS per Jumat (28/6) akhir Juni lalu. Direktur Finance PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI), Novita Widya Anggraini mengungkapkan bahwa saat ini BNI memiliki likuiditas valas yang masih terjaga dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh regulator, maupun sesuai dengan
risk appetite dan
risk tolerance BNI. Hanya saja, ia tak mau menyebutkan saat ini berapa posisi simpanan valas yang dimiliki oleh bank berlogo 46 ini. Ia hanya memastikan bahwa likuiditas valas BNI cukup untuk mendukung rencana ekspansi kredit valas yang dijalankan. “BNI saat ini memang masih fokus untuk mendukung ekspansi kredit valas sebagai bagian dari strategi bisnis kami,” ujarnya. Novita melihat tren likuiditas valas BNI ke depan masih dapat terjaga dengan baik. Adapun, penghimpunan dana pihak ketiga masih menjadi prioritas BNI dalam pendanaan valas.
Baca Juga: Kredit Valas Perbankan Tumbuh di Semester I-2024 Saat Rupiah dalam Tren Melemah Selain itu, ia bilang BNI akan aktif melakukan inisiasi pendanaan jangka menengah sampai dengan jangka panjang yang berasal dari non-dana pihak ketiga, baik secara bilateral ataupun sindikasi loan atau melalui instrumen capital market untuk menjaga sustainabilitas pertumbuhan bisnis bank. “Dari sisi dana pihak ketiga, bank juga banyak mendapatkan potensi penempatan devisa hasil ekspor (DHE) untuk nasabah-nasabah eksportir yang cukup signifikan dan sustain,” ujarnya. Jika menilik laporan keuangan BNI per Juni 2024, posisi term deposit valas dari DHE yang ditempatkan di BNI senilai Rp 2,79 triliun. Angka tersebut naik dari posisi akhir tahun 2023 yang senilai Rp 2,54 triliun. Sementara itu, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn bilang pihaknya memproyeksikan likuiditas valas terjaga dalam posisi memadai.
”Sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing, kondisi perekonomian domestik serta global, serta pergerakan nilai tukar rupiah,” ujarnya. Ia bilang pihaknya selalu akan memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang. Hera memastikan BCA akan senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko. Sebagai informasi, nilai DPK valas BCA per Juni 2024 tercatat mencapai Rp 75 triliun. Angka tersebut berkontribusi sekitar 6,7% dari total DPK BCA.. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari