Begini Pandangan East Ventures Soal Fenomena Bubble Burst pada Startup



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. East Ventures sebagai salah satu perusahaan pemodalan ventura melihat bahwa fenomena bubble burst yang berujung pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan rintisan (stratup) disebabkan karena beberapa faktor. 

Avina Sugiarto, Ventures Partner of East Ventures memaparkan dari sisi public market terjadi penurunan valuasi di berbagai negara terutama di Amerika Serikat, khususnya di perusahaan teknologi. Hal ini ikut berimbas pada valuasi perusahaan rintisan di Indonesia. 

“Wejangannya untuk start up, untuk lebih berhati-hati dengan kondisi saat ini. Pasalnya, suasana fund rising saat ini tidak semudah sebelumnya,” jelasnya dalam Sapa Sosok Dua Puluh Harian Kompas bersama East Ventures di Menara Kompas, Kamis (9/6). 


Baca Juga: Pendanaan Mengerut, Dunia Startup Dinilai Masih Rawan Dihantam Badai

Sedikit kilas balik, melihat kondisi dua tahun belakangan ini, pandemi mengubah kondisi dan aktivitas masyarakat. Selama masa pembatasan, masyarakat sulit mengakses pasar secara langsung (offline) sehingga banyak memanfaatkan e-commerce untuk memenuhi kebutuhannya. Avina melihat, dalam dua tahun terakhir ini perusahaan yang bergerak di sektor teknologi bisa dikatakan sangat maju. 

“Namun, pada kondisi saat ini terjadi resesi dari sisi funding karena ada inflasi besar, suku bunga naik di Amerika sehingga membawa dana yang lebih cheaper cost of fund yang diinvestasikan ke start up mulai kembali ke risikonya lebih rendah,” ungkapnya. 

Lantas dari persoalan itu, pihaknya berpesan agar perusahaan rintisan juga mengamati bagaimana  marketing spending, burn rate (bakar uang), untuk memastikan ada sisa umur (runaway) yang lebih panjang misalnya 18 bulan hingga 24 bulan. Sehingga dalam menghadapi masalah, start up dapat lebih sustain baik itu dari sisi keuntungan dan pengeluaran agar tidak lebih jor-joran lagi. 

Perihal fenomena PHK yang terjadi belakangan ini di start up, Avina melihat, mungkin saja  ada beberapa pergantian strategi bisnis yang menyebabkan terjadinya pengurangan karyawan. 

Baca Juga: Startup di Sektor Fintech hingga Logistik Masih Jadi Buruan Modal Ventura

“Di sisi lain, mungkin juga ada faktor bahwa start up tersebut sedang mempersiapkan diri ke arah burning yang lebih turun dibandingkan sebelumnya. Memang ada beberapa alasan atau faktor yang menyebabkan hal ini,” ujarnya. 

Avina menegaskan dari sisi East Ventures akan tetap mendukung perusahaan rintisan baik itu yang masuk dalam portofolio perusahaan maupun yang baru diinvestasikan. Dia mengungkapkan, pihaknya melakukan rise funding sebesar US$ 550 juta dan baru final close di bulan lalu. Dari dana tersebut, sebanyak 70% akan diinvestasikan di Indonesia. 

Avina memerinci, dari dana tersebut sebanyak US$ 400 juta untuk startup dalam fase berkembang atau growth stage. East Ventures akan melihat dari sisi daya tarik, kinerja perusahaan tersebut khususnya dari sisi pertumbuhannya. Sisanya, sebanyak US$ 150 juta akan dialokasikan untuk seed funding atau perusahaan rintisan yang masih dalam early-stage atau idea stage

Avina mengungkapkan, ada sejumlah startup yang dibidik oleh East Ventures di antaranya perusahaan financial technology (fintech), logistik, e-commerce, dan perusahaan yang berhubungan dengan persoalan iklim seperti start up yang bergerak di energi baru terbarukan (EBT), inovasi baterai, hingga kendaraan listrik.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .