KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hapus buku kredit macet yang tidak dapat ditagih lagi dari neraca merupakan salah satu strategi perbankan untuk menjaga rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) mereka tetap di level yang wajar. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, beberapa bank besar mencatatkan kenaikan total jumlah hapus buku kredit atau
write off. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) salah satunya, memiliki hapus buku kredit sebesar Rp 9 triliun hingga Juni 2022. Itu naik dari Rp 5,7 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Lalu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mengalami hal serupa. Bank ini mencatat kredit hapus buku sebesar Rp 5,8 triliun per Juni 2022, meningkat dari Juni 2021 yang tercatat sebesar Rp 4,9 triliun.
Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk menorehkan penurunan jumlah hapus buku kredit dari Rp 7,2 triliun menjadi Rp 6,5 triliun. Begitu pula PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan Bank CIMB Niaga dimana masing-masing mencatat hapus buku selama enam bulan pertama tahun ini turun menjadi Rp 516 miliar dari 1,47 triliun pada semester I 2021 dan Rp 732 miliar dari Rp 818 miliar.
Baca Juga: Bisnis Treasury Dorong Pertumbuhan Pendapatan BRI Agus Sudiarto, Direktur Manajemen Resiko BRI menjelaskan kenaikan hapus buku itu terutama berasal dari segmen mikro dan segmen menengah kecil. Ia menambahkan, hapus buku sampai akhir tahun masih akan dilakukan perseroan guna menjaga target NPL di kisaran 2,8% -3% tahun ini. "Sampai dengan akhir tahun masih dimungkinkan peningkatan hapus buku dengan mengacu pada kondisi dan anggaran perusahaan serta pemenuhan syarat debitur yang dapat dilakukan hapus buku," kata Agus pada KONTAN, Minggu (14/8). Adapun peningkatan hapus buku BNI lebih banyak disebabkan oleh kredit-kredit pemberian lama sebelum tahun 2018, menurut keterangan David Pirzada Direktur Manajemen Resiko BNI. Kredit tersebut, kata dia, sebelumnya sudah dicoba dicarikan solusi lewat upaya restrukturisasi atau mencari investor baru. Namun, solusi tersebut tidak bisa memperbaiki kinerja debitur dan secara prospek bisnis sudah tidak bisa diharapkan pulih. BNI telah melakukan pencadangan 100% terhadap kredit hapus buku itu. Hingga akhir tahun, BNI menargetkan menurunkan NPL di bawah 3% dan juga terus berupaya menurunkan rasio
Loan at Risk (LAR) dengan memperbaiki proses pemberian kredit dan memperkuat monitoring. Per Juni 2022, NPL BNI ada di level 3,2%. Itu sudah turun dari 3,9% pada periode yang sama tahun lalu. Sehingga untuk menurunkan NPL ke bawah 3%, hapus buku masih akan jadi bagian dari strategi bank ini.
Baca Juga: BTN Tawarkan Bunga KPR Merdeka 2,2% pada Gelaran IPEX 2022 Sementara penurunan hapus buku pada Bank Mandiri sejalan dengan pertumbuhan kredit yang baik serta perbaikan kinerja debitur yang tercermin perbaikan kualitas portfolio kredit perseroan. Ahmad Siddik Badruddin Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri mengatakan, hapus buku tetap dilakukan terhadap kredit-kredit lama yang memang tidak lagi memiliki prospek perbaikan. Sampai akhir tahun, hapus buku akan tetap dilanjutkan Bank Mandiri sebagai pelengkap strategi perbaikan kualitas aset lewat akuisisi yang lebih baik,
early warning system, restrukturisasi dan lain-lain. "Dengan begitu, target NPL 2,3%-2,4% tahun ini diharapkan dapat tercapai," kata Siddik. Per Juni 2022, NPL Bank Mandiri sudah berada di level 2.42%, turun dari 3,08% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi