Begini persiapan Semen Indonesia (SMGR) menghadapi persaingan bebas



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Alih-alih memberikan dampak negatif, langkah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang telah mengakuisisi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada awal tahun 2019 lalu justru dinilai tepat.

Hal ini tak lepas dari posisi SMCB dalam peta persaingan industri semen nasional yang berada di tiga besar. Sehingga, secara holding dapat dipastikan bakal turut memperkuat daya saing Semen Indonesia Group di tengah persaingan bebas yang tak dapat dielakkan.

Baca Juga: Kisah IPO Semen Indonesia (SMGR), BUMN Pertama di Bursa Efek


“Di era perdagangan bebas di mana pemain-pemain dari Vietnam, dari Asia Tenggara, dari mana-mana berdatangan seiring kesepakatan free trade, penguasaan pasar itu sangat penting. Dan kita tahu selama ini posisi Holcim (SMCB) di pasar juga cukup kuat, sehingga bergabungnya (SMCB) ke Semen Indonesia tentu sangat menguntungkan. Daya saing akan semakin kuat,” ujar Pengamat Pasar Modal, Hariyajid Ramelan akhir pekan ini, Jumat (16/8).

Dia mencontohkan yang terjadi di industri perbankan nasional. Banyaknya bank-bank BUMN yang berada di atas jajaran pemain utama perbankan Tanah Air tentu menjadi keuntungan di tengah penetrasi bank-bank asing yang semakin masif.

Dengan makin banyaknya bank-bank BUMN yang besar, maka bisa menandingi dominasi Bank BCA sebagai pemain swasta. Begitu pun melawan serbuan pemain asing. Itulah alasan kenapa konsep holdingisasi penting.

Bank-bank BUMN disatukan agar secara size, secara permodalan dan lain-lain lebih bisa bersaing. "Justru di perbankan masih perlu intervensi pemerintah untuk membentuk holding.

"Bedanya, di industri semen justru pembentukan holding itu terjadi secara alamiah sesuai pendekatan bisnis, jadi lebih bagus,” tambah Hariyajid.

Setali tiga uang, Direktur Utama Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menilai, penguasaan pasar menjadi salah satu kunci utama dalam persaingan bebas di era sekarang ini.

Baca Juga: Meski asing jual bersih, IHSG rebound 1,38% ke 6.204 di akhir perdagangan Rabu (7/8)

Meski kemudian, Hans juga mengingatkan agar cost yang telah dikeluarkan untuk memperbesar pangsa pasar itu dapat segera disesuaikan dengan potensi bisnis di masa mendatang.

“Intinya secara forward looking juga harus disiapkan bahwa tekanan di industri semen ini ke depan seperti apa," tambahnya.

Editor: Noverius Laoli