MOMSMONEY.ID - Nokia menghadirkan Nokia Technology Strategy 2030 yang mengidentifikasi tren dan teknologi baru yang akan membentuk teknologi, jaringan, dan dunia untuk tujuh tahun ke depan. Menurut laporan Global Network Traffic 2030, lalu lintas jaringan bertumbuh dan akan meningkat secara dramatis dalam dekade ini. Pendorong pertumbuhan ini adalah tren terbaru, seperti kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin (ML), extended reality (XR), digital twin, otomatisasi, dan tersedianya miliaran perangkat.
Untuk memaksimalkan potensi eksponensial dari teknologi-teknologi ini guna memecahkan tantangan terbesar di masa depan, jaringan perlu beradaptasi dan bertransformasi. Yakni, menghadirkan inovasi yang tahan lama, mudah diakses, dan berkelanjutan dengan bergantung pada jaringan kognitif yang andal dan aman.
Baca Juga: Nokia Tunjuk Ozgur Erzincan sebagai Presiden Direktur Indonesia Nishant Batra,
Chief Strategy and Technology Officer Nokia, mengatakan, Nokia Technology Strategy 2030 merupakan respons langsung terhadap perkembangan teknologi mutakhir selama dekade terakhir. "Satu hal yang pasti perubahan radikal diperlukan sekarang untuk mengembangkan jaringan guna menjawab tantangan di masa depan dan seterusnya," ucapnya dalam keterangan tertulis, Selasa (14/11). Perusahaan-perusahaan di seluruh industri menghadapi tiga tren yang menghadang mereka: AI, cloud, dan evolusi konektivitas secara terus-menerus. Strategi Nokia ini menjabarkan arsitektur jaringan masa depan untuk pelanggan dan industri. "Strategi ini menghidupkan peluang untuk inovasi, keberlanjutan, produktivitas, dan kolaborasi, yang hanya dapat diaktifkan oleh kekuatan jaringan yang eksponensial," tambahnya.
Baca Juga: Nokia Mengubah Logo untuk Pertama Kalinya dalam Hampir 60 Tahun Strategi tersebut mengidentifikasi tren dan teknologi baru yang akan berdampak pada jaringan penyedia layanan, perusahaan dan industri didekade ini, dan peran Nokia dalam membantu jaringan berkembang. Tren utamanya adalah AI,
cloud continuum, metaverse, API economy, Industri 5.0, internet of value, keberlanjutan, dan keamanan. Semua tren ini akan bergantung pada jaringan yang sangat responsif dan aman. Dalam laporan Global Network Traffic 2030, Nokia memproyeksikan, permintaan data oleh pelanggan akan meningkat dengan
compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 22% hingga 25% dari tahun 2022 hingga 2030. Permintaan data di jaringan lalu lintas global diperkirakan akan mencapai antara 2.443 hingga 3.109 exabyte (EB) per bulan pada tahun 2030. Jika ada tingkat adopsi yang lebih tinggi dari cloud gaming dan XR pada paruh kedua dekade ini, Nokia memproyeksikan, CAGR akan mencapai 32%. Biar dapat mendukung permintaan yang semakin meningkat di masa depan, jaringan harus lebih kognitif dan terotomatisasi dengan menggunakan AI dan ML, serta memenuhi kebutuhan transformatif dan model operasi organisasi serta konsumen. Terobosan teknologi seperti XR dan digital twins, dikombinasikan dengan Web3 dan inovasi-inovasi baru lainnya yang banyak digemari, akan mengubah bisnis, masyarakat, dan dunia.
Baca Juga: Nokia dan Indosat Ooredoo Hutchison Gandeng Paragon Tech Luncurkan Managed SD-WAN Jerry Caron,
Global Head of Research & Analysis GlobalData Technology, menyebutkan, pada 2030, laju perkembangan teknologi yang kita lihat saat ini akan meningkatkan lalu lintas jaringan secara signifikan.
Dengan penekanan pada penggunaan AI, cloud, konektivitas, dan API economy secara efektif, adalah jenis kerangka kerja yang perlu diterapkan oleh para penyedia layanan dan perusahaan. "Industri penyedia layanan perlu bertransformasi dari struktur tradisional yang terintegrasi secara vertikal, ke masa depan yang lebih horisontal dan digerakkan oleh API, yang berkelanjutan, sederhana, lebih terukur, terotomatisasi, dan menawarkan layanan yang lebih fleksibel," ujarnya. Nokia bersama industri secara keseluruhan, harus menunjukkan bahwa mereka memahami masalah dan potensi yang ada, dengan pendekatan yang direvitalisasi seperti yang ditunjukkan melalui strategi untuk jangka panjang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Andy Dwijayanto