Begini Propek Saham Grup Konglomerasi Penyetor Pajak Terbesar Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah grup konglomerasi di Indonesia tercatat menjadi penyumbang setoran pajak terbesar di tahun 2023. Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu) memberikan penghargaan kepada 20 grup konglomerasi dan perusahaan yang menyetor pajak paling besar di sepanjang tahun lalu.

Grup Djarum milik Robert Budi Hartono pun tercatat menjadi perusahaan dengan jumlah setoran pajak terbesar di tahun 2023. Di posisi kedua ada Grup Adaro milik Garibaldi Thohir alias Boy Thohir.

Lalu, Grup Bayan Resource (Low Tuck Kwong), Grup Indofood (Anthoni Salim), Grup Sinarmas (Indra Widjaja), Grup Gudang Garam (Susilo Wonowidjojo), Grup Indika Energy (Hapsoro), dan Grup MedcoEnergi- (Arifin Panigoro).


Kemudian, Grup Musim Mas (Bachtiar Karim), Grup Wings (Eddy William Katuari), Grup Trakindo (Rachmat Mulyana Hamami), Grup Agung Sedayu (Susanto Kusumo), Grup CT Corp (Chairul Tanjung), dan Grup Harum Energy (Lawrence Barki).

Baca Juga: Saham Konglomerat Penguasa Bursa Ini Layak Koleksi: Ada Grup Barito, Djarum, & Salim

Selanjutnya, Grup Triputra (T P Racmat L R Imanto), PT Pertamina (Pesero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero),  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Sayangnya, DJP Kemenkeu tidak merinci seberapa besar sumbangan pajak kedua puluh grup usaha dan perusahaan tersebut.

Dari sejumlah grup konglomerasi tersebut, ada sejumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan kinerjanya jadi perhatian investor.

Misalnya, dari Grup Djarum ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), dan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC).

Lalu, sejumlah perusahaan yang berada di bawah Grup Adaro adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Di Grup Bayan Resource ada PT Bayan Resources Tbk (BYAN). 

Di Grup Indofood, ada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Beberapa tentakel bisnis Grup Salim lainnya adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Di Grup Sinarmas ada PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Di Grup Gudang Garam ada PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Di Grup Indika Energy salah satunya ada PT Indika Energy Tbk (INDY). Di Grup MedcoEnergi ada PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC).

Di Grup Agung Sedayu ada PT Pantai Indah Kapuk Tbk (PANI). Di Grup Harum Energy ada PT Harum Energy Tbk (HRUM). Lalu di Grup Triputra salah satunya ada PT Triputra Argo Persada Tbk (TAPG).

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat melihat, pada tahun 2023, kinerja masing-masing dari para emiten di grup usaha yang dapat penghargaan tersebut sangat bervariasi. Hal ini tentu dipengaruhi oleh kinerja sektor dari masing-masing emiten.

“Misalnya, BBCA mengantongi laba bersih Rp 48,6 triliun di tahun 2023. Jadi, wajar bisa jadi salah satu penyumbang pajak terbesar tahun lalu,” ujarnya kepada Kontan, Senin (29/7).

Teguh melihat, masih banyak perusahaan konglomerasi dengan raihan laba tinggi di tahun lalu dan berpotensi menjadi penyumbang pajak terbesar juga. 

“PT Astra International Tbk (ASII) labanya itu Rp 33,83 triliun di tahun lalu. Grup Astra bisa jadi salah satu penyumbang pajak besar juga, tetapi tidak dapat penghargaan,” paparnya.

Karenanya, Teguh melihat, penghargaan ini adalah salah satu cara Pemerintah memberikan karpet merah ke swasta yang memiliki kedekatan khusus. Beberapa grup usaha yang tercatat dekat dengan pemerintah adalah Grup Adaro dan Grup Agung Sedayu.

“Boy Thohir itu kakak Menteri BUMN Erick Thohir. Sementara, PANI itu punya proyek di IKN. Ini bisa jadi hanya gimmick politik untuk sobat pemerintah,” ungkapnya.

Terkait kinerja di tahun 2024, Teguh melihat, Grup Adaro dan Grup Djarum masih akan prospektif hingga akhir tahun 2024. Jagoan Teguh dari Grup Adaro adalah ADRO dan dari Grup Djarum adalah BBCA.

Secara sektoral, sektor komoditas dan perbankan juga masih akan moncer hingga akhir tahun. Selain ADRO, Teguh pun menjagokan kinerja TAPG dari Grup Triputra.

Di sisi lain, sektor konsumer dan rokok masih akan tertekan. Alasannya adalah daya beli masyarakat yang melemah dan kenaikan cukai rokok.

Teguh pun merekomendasikan beli untuk TAPG dan ADRO dengan target harga masing-masing di Rp 800 - Rp 900 per saham dan Rp 4.000 per saham. Sementara, BBCA direkomendasikan hold.

 
BBCA Chart by TradingView

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, di antara grup usaha tersebut, Grup Adaro, Grup Djarum, dan Grup Triputra memiliki kinerja yang prospektif hingga akhir tahun.

“Sektor perbankan dan komoditas masih bagus. Sektor consumer goods juga bagus, tetapi daya beli kelas menengah sedang melemah akhir-akhir ini,” ujarnya kepada Kontan, Senin (29/7).

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat, di tahun 2023, kinerja dari grup-grup konglomerasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang menguntungkan sektor komoditas dan perbankan.

ADRO, ADMR, INDF, ICBP, BBCA, BBRI dan BMRI menjadi emiten-emiten yang berkinerja baik di tahun lalu. 

Baca Juga: Ini 20 Daftar Grup Perusahaan dengan Setoran Pajak Terbesar di Indonesia

“Selain memang situasi dan kondisi mulai pulih, sentimen gosip pemangkasan tingkat suku bunga juga menjadi perhatian para investor,” tuturnya kepada Kontan, Senin (29/7).

Hingga akhir tahun, Nico melihat kinerja emiten sektor perbankan, consumer non-cyclical, dan ritel akan menguat. Untuk sektor perbankan, sentimennya berasal dari potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed.

Untuk sektor consumer non-cyclical dan ritel, sentimennya berasal dari gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) dan pemilihan umum (pemilu). 

“Transisi pemerintahan baru memberikan dampak positif ke hampir semua sektor, khususnya yang berkaitan dengan program kerja dari presiden terpilih yang mengutamakan makan siang gratis,” paparnya.

Nico pun merekomendasikan beli untuk ICBP, BBRI, BMRI, dan BBCA dengan target harga masing-masing Rp 13.000 per saham, Rp 5.650 per saham, Rp 7.400 per saham, dan Rp 11.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih