KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar aset kripto tengah berada dalam guncangan hebat. Dalam 24 jam terakhir, beragam aset kripto telah mengalami koreksi lebih dari 10%. Merujuk Coinmarketcap, harga Bitcoin pada Kamis (12/5) pukul 17.00 WIB berada di US$ 27.984,86 per BTC atau melemah 12,06% dalam 24 jam.

Sementara Ethereum dan Binance Coin juga menorehkan tren serupa. Tercatat, Ethereum saat ini berada di US$ 1.896,04 per ETH atau melemah 21,62%. Lalu Binance Coin juga sudah terkoreksi 19,36% dalam sehari terakhir menjadi 252,20 per BNB. Bahkan ketiga aset kripto tersebut, dalam tujuh hari terakhir sudah mengalami penurunan harga lebih dari 30%.

Dengan ambruknya beragam aset kripto, Cofounder Cryptowatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir menilai prospek kripto ke depan masih belum akan membaik. Menurutnya, pergerakan aset kripto akan sangat bergantung kepada seberapa cepat Bitcoin bisa mengalami pemulihan.

Di satu sisi, pemulihan harga Bitcoin sangat berkaitan erat dengan kebijakan moneter The Fed yang masih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Selama The Fed masih agresif, ia melihat pergerakan harga aset kripto akan sideways cenderung tertekan. 

Baca Juga: Investor Kripto Diselimuti Ketakutan, Harga Beragam Aset Kripto Berguguran

“Namun seharusnya penurunan harga sudah tidak akan terlalu dalam lagi. Sudah tidak akan terlalu jauh dari level saat ini,” jelas dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/5).

Lebih lanjut, ia juga melihat sentimen masalah yang tengah mengalami Terra (LUNA) dan Terra USD (UST) seharusnya sudah lewat dan minim pengaruhnya. Menurutnya, kedua aset kripto tersebut sudah bisa dikatakan sebagai produk gagal. Apalagi terbaru, Binance juga sudah mengumumkan untuk menghentikan transaksi derivatif LUNA. 

Selain itu, baik LUNA dan UST sendiri saat ini sudah tidak mempunyai cadangan Bitcoin seiring induknya, Luna Foundation Guard (LFG) sudah menjual kepemilikan Bitcoinnya. Alhasil, kedua aset ini ibarat negara tanpa cadangan emas dan cadangan devisa.

Masih Ada Harapan

Secara umum, Christopher masih optimistis kondisi Bitcoin saat ini bisa membaik ke depannya. Hanya saja, yang jadi pertanyaan besar adalah apakah Bitcoin bisa kembali ke harga tertinggi sebelumnya di tahun lalu. Sebagai informasi, saat itu Bitcoin sempat menyentuh level US$ 68.789 per BTC.

“Tapi jika bicara dengan time frame yang lebih panjang, misalnya 3 tahun, besar kemungkinan harga Bitcoin menuju targetnya yakni di US$ 100.000 per BTC,” imbuhnya.

Baca Juga: Mata Uang Kripto Terra Tumbang 90% dalam 48 Jam, Ini yang Jadi Biang Keroknya

Namun, Christopher bilang, untuk mencapai target harga tersebut, tentunya adopsi dari negara-negara ketiga menggunakan Bitcoin sebagai salah satu pengganti mata uang dan menunjukkan ke dunia bahwa Bitcoin dapat diimplementasikan sebagai alternatif cadangan devisa maupun alat tukar, jadi salah satu faktor terpenting.

Bagi investor kripto, Christopher menyarankan untuk saat ini sebaiknya tetap memegang Bitcoin saja ketimbang aset kripto lain. Selain punya fundamental secara jangka panjang yang lebih, pergerakan Bitcoin tidak sevolatil aset kripto lainnya di tengah kondisi seperti saat ini sekalipun. 

“Terakhir, investor wajib tetap ingat kepada prinsip investasi: gunakan uang dingin, kelola risiko dengan baik. Investor dapat juga melihat ini sebagai peluang beli di harga murah dan mulai mengakumulasi dengan metode dollar cost averaging,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi