KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan ritel gawai dan aksesoris, PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA) optimistis dengan prospek industri kecantikan dan personal care di Tanah Air. Hal ini didukung oleh pangsa pasarnya yang cukup besar dan juga menjanjikan. "Semoga dengan pemulihan kondisi ekonomi dengan terus membaiknya kondisi pandemi akan meningkatkan minat masyarakat akan produk di kategori ini," ungkap
Head of Legal & Corporate Secretary PT Erajaya Swasembada Tbk, Amelia Allen saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/12). Sebagaimana diketahui, ERAA lewat anak usahanya PT Erajaya Beauty & Wellmenss melakukan importase, distribusi, dan penjualan ritel produk kosmetik asal Korea Selatan, The Face Shop Indonesia (TFS). Saat ini TFS memiliki 37 gerai ritel yang tersebar di kota-kota utama Indonesia.
Lebih lanjut dia mengatakan, berdasarkan riset statista, potensi pasar
beauty dan
personal care di Indonesia tahun 2021 akan mencapai USD$ 7,5 miliar, dan akan bertumbuh 6,5% per tahun hingga tahun 2025 mendatang. Nah, hal ini membuat ERAA pun semakin yakin dengan prospek pasar tersebut untuk ke depannya.
Baca Juga: Kinerja diyakini membaik, analis rekomendasikan beli saham Erajaya (ERAA) Amelia bilang, pihaknya belum bisa berkomentar banyak terkait rencana pengembangan bisnis ritel kecantikan dan personal care ERAA di tahun depan. Saat ini pihaknya tengah melakukan proses penyusunan rencana bisnis dan anggaran untuk tahun 2022. Meskipun begitu, ERAA melihat bahwa inovasi dan
agility akan menjadi strategi penting untuk ke depannya. Menurutnya, Erajaya Swasembada akan mengimplementasikan beberapa inisiatif bisnis baru, seperti memperkuat lini penjualan
online, meluncurkan
e-catalogue dan
home delivery service, memperkuat jaringan logistik, serta strategi
omnichannel. "Kami tetap agresif dalam berbisnis, tidak lengah dan tidak diam, terutama dalam kondisi pandemi yang masih tidak menentu," paparnya. Tantangan di Industri Kecantikan Dia menyebut, tantangan terbesar dalam mengembangkan bisnis kecantikan adalah perubahan tren yang sangat cepat. Sehingga ERAA pun harus sigap menghadirkan koleksi terbaru yang relevan dan diminati oleh segmen pasar mereka dengan tepat waktu. "Kami juga memastikan
channel distribusi dan pemasaran produk dapat dimaksimalkan, terutama dengan implementasi strategi
omni-
channel. Sehingga konsumen mendapatkan pengalaman belanja yang
seamless di manapun mereka berbelanja,
online atau
offline, di gerai atau lewat
mobile device," jelas Amelia.
Fluktuasi kondisi pandemi juga disebut Amelia menjadi hal yang harus diwaspadai. Maka dari itu, ERAA pun harus terus melakukan pengembangan inovasi bisnis yang dapat membantu pertumbuhan pada sektor kecantikan meskipun kondisi pandemi masih terus berlangsung. ERAA tidak melaporkan kontribusi masing-masing lini bisnis karena semuanya terkonsolidasi di dalam laporan keuangan. Hingga September 2021, penjualan neto ERAA tercatat sebesar Rp 31,18 triliun. Jumlah ini meningkat 34,57% dari sebelumnya Rp 23,17 triliun pada periode yang sama di tahun lalu. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga ikut meningkat menjadi Rp 719,20 miliar. "Kami tidak melaporkan kontribusi masing-masing lini bisnis karena semua nya di konsolidasi dalam laporan keuangan. Saat ini kami belum dapat memberikan proyeksi kontribusi ke depannya," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .