KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi dan peluang pasar modal Indonesia pada 2023 masih positif. Phintraco Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) capai 8.205. Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian memaparkan, katalis positif datang dari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 5,3% yoy di 2023. Keyakinan pertumbuhan ekonomi yang relatif solid ini didasari oleh fundamental makro ekonomi yang kokoh dan adanya transformasi ekonomi. Selain itu, defisit anggaran tahun depan setara 2,85% terhadap PDB. Dengan penurunan defisit anggaran, pembiayaan anggaran juga diperkirakan turun 18,3% ke Rp 598.20 triliun di 2023. BI juga tidak lagi melakukan
burden sharing dalam hal pembiayaan anggaran di 2023.
Katalis positif lainnya, harga komoditas minyak dan batubara diperkirakan masih akan tinggi. Memang, harganya akan mengalami moderasi di 2023, tetapi tidak berarti terjadi penurunan signifikan pada harga kedua komoditas tersebut.
Baca Juga: Bursa Asia Ditutup Variatif pada Rabu (21/12) di Tengah Sepinya Rilis Data Ekonomi "Krisis energi di Eropa dan gangguan rantai pasok akibat perang Rusia-Ukraina diperkirakan masih akan menahan harga kedua komoditas tersebut dan komoditas energi lainnya berada di level tinggi di 2023," kata Rio dalam riset, Rabu (21/15). Sejumlah pengamat pertambangan bahkan memperkirakan harga rata-rata batubara bisa bertahan di atas level US$ 400 per ton di 2023. Di sisi lain, tantangan tahun depan dari fenomena La Nina dan ekspektasi konsumsi yang masih cukup besar di negara-negara konsumen utama CPO, termasuk Indonesia diperkirakan berpotensi kembali memicu kenaikan harga CPO terutama di akhir tahun 2022 hingga kuartal pertama 2022. Ekspektasi permintaan tersebut sejalan dengan proyeksi pertumbuhan negara berkembang yang masih cukup tinggi di 2023. "Dengan adanya kondisi tersebut, tekanan inflasi diperkirakan masih cukup besar di Indonesia, terutama di kuartal I 2022," katanya.
Baca Juga: Sejumlah Pemain Dipelototi OJK, Investasi di Fintech Lending Masih Menarik? Dari eksternal, Phintraco Sekuritas melihat belum ada tanda-tanda jelas bahwa The Fed akan mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan. Sementara itu, ECB justru diperkirakan lebih agresif setelah inflasi di Euro Area naik ke atas level 10% yoy. Kenaikan inflasi di Tiongkok dan negara Asia Timur lainnya juga turut memicu kekhawatiran pada sikap bank-bank sentral Asia Timur yang berpotensi ikut memperketat kebijakan moneter. Hal ini akan memberikan sentimen negatif bagi IHSG yang berada dalam tren depresiasi menjelang akhir tahun 2022. Faktor eksternal tersebut menambah tekanan bagi BI terkait arah kebijakan moneter di 2023. BI diperkirakan cenderung mempertahankan suku bunga acuan di akhir tahun 2022 pada tahun 2023. "Potensi penurunan suku bunga acuan mungkin ada di semester kedua 2022, jika terdapat tanda-tanda yang jelas dari penurunan inflasi di AS dan Eropa," papar Ria. Dari berbagai peluang dan tantangan di 2023, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG akan melanjutkan penguatannya ke level tertinggi baru di kisaran 8.205 (estimasi PER di 24,80 kali) untuk dasarnya dan 8.587 (estimasi PER di 24,80 kali) untuk
clear sky scenario, serta 7.822 (estimasi PER di 24,80 kali) untuk
dark cloud scenario.
Baca Juga: Menguat Hari Ini, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Kamis (22/12) Adapun pilihan saham berdasarkan sektor dari Phintraco Sekuritas untuk 2023: 1. Telekomunikasi:
EXCL,
ISAT, dan
TLKM 2. Infrastruktur Telekomunikasi:
MTEL,
TOWR, dan
TBIG 3. Media & Entertainment:
MNCN,
EMTK, dan
SCMA 4. Food & Beverages dan Household Product:
ICBP,
INDF,
UNVR,
CPIN, dan
JPFA 5. Finansial - Bank:
BMRI,
BBCA,
BBNI, dan
BBRI 6. Energi - Produsen Batubara:
ADRO,
HRUM,
INDY, dan
PTBA 7. Plantations - Produsen CPO:
AALI,
LSIP, dan
SSMS 8. Infrastruktur - Konstruksi Bangunan:
ADHI,
WIKA,
WSKT, dan
PTPP 9. Properti dan Real Estat:
PWON,
SMRA,
BSDE, dan
CTRA 10. Konstruksi - Related:
SMGR 11. Otomotif:
ASII dan
AUTO 12. Alat Berat:
UNTR Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati