KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemilau emas tetap menjadi daya tarik bagi sejumlah investor untuk mengoleksinya. Terbukti, permintaan emas dunia mengalami peningkatan. World Gold Council mengungkapkan, permintaan emas di pasar global hingga kuartal ketiga 2022 sudah mencapai 1.181,5 ton atau naik 28% secara tahunan. Bahkan, sampai Oktober 2022, penjualan emas di pasar dunia telah menembus angka 3.386,5 ton atau naik 18% secara tahunan. Ke depan, harga komoditas logam mulia ini masih cukup volatil. Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan memperkirakan, ketidakpastian kebijakan moneter akan meningkatkan volatilitas pasar pada paruh kedua 2022.
Kenaikan suku bunga dan apresiasi nilai tukar dolar AS telah menjadi penghambat bagi harga emas. Sebagian besar bank sentral diperkirakan akan menerapkan kebijakan untuk menaikkan suku bunga di sisa tahun ini. Di sisi lain, tingginya tingkat inflasi dan risiko geopolitik kemungkinan akan menopang permintaan emas. Lain halnya seperti tembaga, Andreas menyebut harga emas lebih unggul selama resesi. Dengan proyeksi reses yang akan datang, Sucor Sekuritas memperkirakan harga emas akan segera meningkat.
Baca Juga: Saham Emiten Komoditas Logam Mulai Lesu, Ini Penyebabnya “Kami mengasumsikan harga emas rata-rata pada 2022 dan 2023 di harga US$ 1.850 per ons dan US$ 1.920 per ons,” kata Andreas kepada Kontan.co.id, Rabu (9/11). Kata Andreas, pemerintah memberlakukan tarif royalti baru untuk harga emas di atas US$ 1.900 per ons. Ini bermuara pada pembaruan asumsi biaya yang ditanggung emiten, salah satunya PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA). Andreas meningkatkan asumsi biaya MDKA di 2023. Namun. Perubahan biaya yang ditanggung MDKA ini tidak signifikan, karena tarif royalti hanya meningkat dari 5% menjadi 8%. Di sisi lain, Sucor Sekuritas menurunkan asumsi harga tembaga London Metal Exchange (LME) menjadi US$ 8.800 per ton dan US$ 7.600 per ton masing-masing untuk 2022 dan 2023. Selain menyesuaikan harga komoditas emas dan nikel, Andreas juga mengonsolidasikan segmen nikel ke kinerja MDKA Sehingga, dengan memperhitungkan semua penyesuaian tersebut, laba bersih MDKA diproyeksi lebih tinggi masing-masing sebesar 31% dan 3% untuk 2022 dan 2023.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia Olivia Laura memperkirakan, harga emas akan relatif stabil. Sejak Januari hingga September, rata-rata harga emas tercatat sebesar US$ 1.840 per ons. Harga emas diproyeksikan mencapai US$ 1.850 per ons pada akhir 2022 sebelum turun ke US$ 1.800 per ons pada tahun 2023. Olivia mencatat, sejumlah perusahaan tambang emas saat ini tengah menggarap proyek-proyek tambang emas. Misalkan, PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) yang saat ini mengerjakan dua pabrik pengolahan emas di Palu, masing-masing berkapasitas 4.000 ton per hari. Pabrik tersebut akan beroperasi masing-masing pada kuartal III-2022 dan kuartal I-2024.
Kedua, pabrik pengolahan emas di Gorontalo dengan kapasitas 2.000 ton per hari, yang akan beroperasi pada kuartal II-2024. MDKA juga memiliki sejumlah proyek yang akan datang, salah satunya proyek tambang tembaga Tujuh Bukit, dengan total sumber daya 1.9 miliar ton, termasuk 8.2 juta ton tembaga dan 28.6 juta ons emas. Ada juga Tambang emas Pani, dengan sumber daya emas 4,7 juta ons.
Baca Juga: Beberapa Saham LQ45 Capai All Time High, Ada Potensi Saham Bagger? Olivia memberikan rating netral terhadap sektor pertambangan logam. Samuel Sekuritas memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) sebagai pilihan utama alias
top picks, salah satunya karena proyek-proyeknya dapat diselesaikan lebih cepat daripada pesaing-pesaingnya. Artinya, proyek-proyek tersebut berkontribusi pada kinerja ANTM lebih cepat. Sementara Andreas merekomendasikan beli saham MDKA dengan target harga Rp 6.550 seiring dengan proyeksi laba bersih yang lebih tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari