Begini Prospek Kinerja Emiten CPO di Tengah Proyeksi Lesunya Produksi Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) diproyeksi akan lesu di tahun 2024. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) memperkirakan produksi CPO akan turun 5%-10% di tahun ini.

Menurut Apkasindo, penurunan produksi itu disebabkan oleh aktivitas agronomis sepanjang tahun 2022 dan 2023, seperti minimnya pemupukan dan faktor iklim. Tidak membaiknya harga CPO pun akan berdampak pada harga tandan buah segar (TBS) yang rendah.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Yasmin Soulisa mengatakan, memang benar ada potensi penurunan produksi di tahun 2024. Namun, hal itu justru bisa menjadi sentimen positif untuk kenaikan harga CPO. 


Yasmin memperkirakan, harga CPO global rata-rata akan berada di level MYR 4.500 per ton di tahun 2024. Harga tahun ini naik 17,4% dibandingkan dengan harga rata-rata 2023 sebesar MYR 3.832 per ton.

Baca Juga: Produksi CPO Diproyeksi Turun 10% Tahun Ini, Begini Rekomendasi Saham dari Analis

“Pertumbuhan pendapatan emiten CPO di tahun ini akan lebih banyak didorong oleh kenaikan harga, sementara produksi akan flat,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (23/1).

Yasmin merekomendasikan netral untuk sektor CPO di tahun ini. Meskipun ada beberapa sentimen negatif, tetapi masih ada sentimen positif di kuartal I 2024 dari Tahun Baru Imlek dan bulan Ramadan yang biasanya meningkatkan permintaan.

Untuk saham emiten CPO, Yasmin merekomendasikan beli untuk AALI, DSNG, LSIP, TBLA, dan TAPG dengan target harga masing-masing Rp 10.200 per saham, Rp 760 per saham, Rp 1.140 per saham, Rp 910 per saham, dan Rp 670 per saham.

Yasmin juga merekomendasikan hold untuk SIMP dengan target harga Rp 400 per saham.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, penurunan produksi CPO di tahun ini tentu akan mempengaruhi kinerja harga saham para emiten CPO. Penurunan harga saham itu bahkan sudah terlihat sejak saat ini.

Di sisi lain, para investor tengah menunggu realisasi dari program B40. Hal ini turut mempengaruhi kondisi oversupply CPO, sehingga menyebabkan turunnya harga CPO. Akibatnya, average selling price (ASP) para emiten CPO ikut menurun.

Namun, kondisi geopolitik yang masih panas di tahun 2024 kemungkinan masih bisa menopang kinerja harga CPO, sehingga tidak terlalu jatuh. 

Baca Juga: Hajatan Pemilu Berpotensi Dongkrak Penjualan CLEO, Simak Rekomendasi Sahamnya

“Tetapi, ini tetap bergantung pada seberapa besar tensinya. Jika tidak terlalu besar, kemungkinan besar harga CPO masih stagnan,” ungkapnya.

Nafan pun merekomendasikan hold untuk AALI dan LSIP dengan target harga masing-masing Rp 7.200 per saham dan Rp 880 per saham.

 
LSIP Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi