Begini Prospek Kinerja Emiten Teknologi di Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten teknologi diprediksi bisa sedikit membaik di tahun 2024. Meskipun begitu, kinerja emiten teknologi memang masih diselimuti ketidakpastian.

Pemerintah menargetkan ekonomi digital di Indonesia bisa tumbuh mencapai US$ 800 miliar di tahun 2030. 

Pada tahun 2030, potensi ekonomi digital di kawasan ASEAN diproyeksikan mencapai US$ 2 triliun. Dari total tersebut, pemerintah menargetkan sebanyak 30%-40% transaksinya berasal dari Indonesia.


Hal itu membuat pemerintah pun meluncurkan Buku Putih Pengembangan Ekonomi Digital 2023 sebagai salah satu langkah untuk menyambut potensi tersebut.

Baca Juga: Kinerja Emiten Teknologi Diprediksi Bisa Membaik di Tahun 2024

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, penetrasi ekonomi digital masih akan meningkat seiring dengan berjalan dengan layanan internet.

Menurut Nico, masih ada ketidakpastian dari The Fed apakah mereka bersikap dovish atau hawkish dalam menentukan suku bunga.

“Di satu sisi Jerome Powell bilang The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi. Tapi, di sisi lain pasar sudah tidak peduli dengan itu,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (7/12).

Hal itu disebabkan dengan penilaian pasar atas angka inflasi Amerika Serikat (AS) yang secara umum turun di kisaran 3%-3,5%. Tapi, masalahnya inflasi inti AS tidak turun, masih ada di kisaran 4%.

Kondisi itu menyebabkan sejumlah saham emiten teknologi di luar negeri dan domestik mengalami kenaikan. Sebab, ada asumsi bahwa tingkat suku bunga The Fed akan turun.

“Untuk emiten teknologi domestik, sentimen global itu didukung target dari pemerintah akan digital ekonomi, akan memberikan dampak positif di tahun-tahun mendatang,” ungkapnya.

Sayangnya, sentimen suku bunga itu tidak mempengaruhi kinerja emiten teknologi di Indonesia secara signifikan. Meskipun belakangan ini harga sahamnya menghijau, tetapi kinerja emiten teknologi di Tanah Air masih terpuruk.

Hal itu disebabkan oleh kinerja emiten teknologi di Indonesia yang secara fundamental masih mencatatkan kerugian.

“Ini bukan berarti mereka tidak bisa untung. Tahun 2023 ini memang tahun yang berat untuk sektor teknologi. Kemungkinan besar bisa membaik di akhir tahun 2023 dan di tahun 2024, tetapi sentimennya masih dari global,” ungkapnya.

Baca Juga: Cermati Saham-Saham Pilihan Investor pada 2024 dan Ulasannya

Nico belum melihat kaitan antara efek Pemilu 2024 dengan kinerja emiten teknologi di tahun depan. Meskipun penjualan e-commerce bisa naik karena daya beli dan konsumsi masyarakat meningkat di tahun pemilu, tetapi dampaknya tak terlalu signifikan ke kinerja emiten.

“Kalau mau dikaitkan bisa saja, tetapi dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi saat ini, kami belum melihat emiten teknologi menjadi salah satu saham yang terdampak positif dari pemilu,” tuturnya.

Meskipun begitu, upaya pemerintah dalam meningkatkan ekonomi digital hingga US$ 800 miliar di tahun 2030 bisa menstimulasi ekosistem digital yang nantinya berdampak positif terhadap emiten teknologi. Namun, efek dari sentimen ini sifatnya masih akan jangka panjang.

“Namun, setidaknya di tahun depan rugi emiten-emiten teknologi bisa membaik dari kondisi hari ini,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Nico belum memberikan rekomendasi untuk saham teknologi dan menyarankan investor untuk wait and see terlebih dulu. Hal itu diakibatkan volatilitas saham emiten teknologi yang masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi