Begini prospek neraca perdagangan Indonesia menurut LPEM FEB UI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia bulan Mei 2020 mengalami surplus US$ 2,09 miliar. Capaian ini lebih baik dari neraca perdagangan pada bulan April 2020 yang defisit US$ 344,7 juta.  Meski mengalami surplus, neraca dagang pada bulan lalu disebabkan oleh penurunan tajam ekspor dan impor. Oleh sebab itu, surplus pada bulan Mei 2020 dinilai kurang menggembirakan.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pun melihat, kondisi tersebut mencerminkan prospek yang lebih suram bagi perekonomian Indonesia. 

Baca Juga: Lelang SUN masih ramai, penawaran mencapai Rp 84,62 triliun


"Karena rendahnya impor, disebabkan oleh turunnya impor bahan baku dan barang modal yang menandakan adanya kontraksi di sektor riil dalam waktu dekat. Ekspor juga kemungkinan tetap lemah karena masih ada tanda-tanda yang menjanjikan terkait akhir pandemi Covid-19," kata Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Selasa (16/6).

Menilik kondisi konsumen, konsumen pun secara umum terlihat masih menunggu situasi kembali normal sehingga menahan kepercayaan bisnis untuk memulai kembali produksi yang bisa menggairahkan kegiatan ekspor dan impor. 

Lebih lanjut, saat ini pemerintah tengah bertahan membuka kembali kegiatan perekonomian dengan melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menuju new normal. Lembaga tersebut melihat, langkah ini sebagai angin segar dalam mencegah perlambatan ekonomi lebih lanjut. 

Baca Juga: Antisipasi masuknya komoditas ilegal, Kementan intensifkan pengawasan pangan

Namun, ini dengan catatan masyarakat harus tetap disiplin dalam menerapkan semua protokol kesehatan dan kebersihan berdasarkan langkah yang sesuai dengan pencegahan penyebaran virus tersebut. Hal ini untuk mengurangi resiko gelombang kedua pandemi. 

Dengan terbatasnya resiko terjadinya gelombang kedua pandemi, pertumbuhan perekonomian domestik diperkirakan akan pulih di akhir tahun ini. Meski begitu, memangd iperlukan upaya yang besar dalam mengembalikan perekonomian sedekat mungkin ke kondisi normal atau pra Covid-19. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .