Begini prospek pembiayaan batubara di tengah komitmen pembangunan berkelanjutan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor pertambangan batubara terancam menghadapi kekuarangan pendanaan. Pasalnya, bank-bank asing sudah mulai mengerem untuk mengucurkan pembiayaan di sektor ini sejalan dengan langkah global dalam penanganan perubahan iklim. 

Sementara pembangkit listrik di Indonesia masih sangat bergantung pada sektor batubara saat ini. Meskipun pemerintah berkomitmen mendorong kebijakan terkait dengan pembangunan berkelanjutan, pembangkit listrik tenaga batubara tidak bisa dihentikan begitu saja. 

Oleh karena itu, prospek pembiayaan batubara bagi bank lokal tentu masih menjanjikan. 


Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja melihat prospek sektor ini cukup bagus bagi pembiyaan bank lokal karena seluruh dunia saat ini sudah memusuhi batubara dan bank asing tidak mau lagi masuk. 

"Indonesia belum bisa lepas dari batubara ini. Kita tidak mungkin mendapatkan energi hanya dari  sungai-sungai, itu kapasitasnya kecil. Satu-satunya potensi yang kita punya adalah batubara. Di daerah terpencil, kebutuhan energi untuk bangun smelter tidak mungkin ditarik dari PLL. Kalau diambil dari PLN pun ujung-ujungnya pakai batubara juga," kata Jahja dalam webinar baru-baru ini.

Baca Juga: Bank Asing Hengkang, Bank Lokal Siap Mendanai Batubara

Jahja mengakui kondisi saat ini memang dilematis bagi pemerintah. Namun, dia berharap dalam sementara waktu sebelum tahun 2030, perbankan tetap bisa diberikan kemudahan dalam menyalurkan kredit ke sektor pertambangan.

Selain itu, dia juga meminta OJK untuk mempertimbangkan beberapa hal terkait dengan green financing. “Apalagi kalau kita lihat, polusi di Indonesia, terutama di daerah-daerah itu persentasenya kecil dibandingkan Eropa,” ujarnya. 

Sementara PT Bank Permata Tbk (BNLI) masih membuka diri terhadap pembiayaan di sektor batubara. Hanya saja, bank ini sangat selektif dalam membiayai sektor ini. 

"Kami sangat selektif dalam melakukan pembiayaan di sektor ini dan pastinya selalu menerapkan prinsip ESG yang baik. Banyak hal yang kami liat,  termasuk salah satunya unsur environment," kata Darwin Wibowo Direktur Wholesale Banking Bank Permata kepada Kontan.co.id, Jumat (10/12).

Namun, dia tidak merinci berapa total outstanding kredit Bank Pertama saat ini yang disalurkan ke sektor batubara ataupun pertambangan. 

Sementara bagi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), sektor pertambangan, termasuk di batubara, bukan merupakan priorita sdlaam penyelauran kredit. Perseroan lebih fokus ke segmen UMKM. 

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, sektor-sektor yang menjadi fokus perseroan ke depan di antaranya adalah pertanian, industri pengolahan, perdagangan, aktivitas jasa keuangan, real estate, aktivitas kesehatan dan kesenian hiburan.

Baca Juga: Insentif kredit ke sektor ekonomi hijau akan beri dampak positif yang luas

Dalam menyalurkan kredit, lanjut Aestika, BRI akan terus mendorong pembiayaan kepada aktivitas bisnis yang berkelanjutan (sustainable business activities). Hingga September 2021, kredit ke sektor berkelanjutan mencapai Rp 607,7 triliun atau 65,3% dari total kredit perseroan. Angka ini tumbuh 9,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). 

Sementara pembiayaan BRI khusus kepada sektor pertambangan dan penggalian nilainya relatif kecil atau sebesar 0,6% dari total penyaluran kredit perseroan. 

Melakukan pembiayaan pada sektor berkelanjutan, kata Aestikan, BRI selalu mengutamakan faktor lingkungan dan konsekuensinya didalam setiap produk dan pelayanan yang ditawarkan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi