KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan Jepang kian gencar memasuki sektor jasa keuangan di tanah air. Yang terbaru, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) melakukan akuisisi terhadap Home Credit Indonesia senilai € 200 juta atau sekitar Rp 3,1 triliun, dengan asumsi kurs Rp 15,465. Aksi ini dilakukan lewat anak perusahaan Krungsri Bank yang berkedudukan di Thailand dan Adira Finance (ADMF). Krungsri Bank akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan 75% saham Home Credit Indonesia. Sementara itu, Adira Finance bakal memegang 10% saham. Itu berarti Adira membeli saham Home Credit Indonesia dengan nilai transaksi sebesar €23,5 juta atau setara dengan sebesar Rp 363 miliar.
Baca Juga: Ekspansi ke Asia, MUFG Jepang Beli Home Credit Filipina dan Indonesia US$ 621 Juta Sebelum transaksi ini, perbankan Jepang sudah gencar memasuki bisnis perbankan lokal. MUFG mengakuisisi 92,47% saham Bank Danamon (BDMN) . Sumitomo Mitsui Group mengempit 92,43% saham Bank BPTN. Lalu, Mizuho Financial Group punya 99% saham Bank Mizuho Indonesia. Selain itu, Resona Bank Ltd bersama The Bank of Yokohama memiliki 78,44% saham Bank Resona Perdania. Terakhir, J Trust Group memiliki 95,76% saham Bank Jtrust Indonesia (BCIC). Research & Consulting Manager Infovesta Utama, Nicodimus Kristiantoro menyatakan saham bank yang dimiliki oleh perbankan Jepang ini memiliki fundamental yang baik. Tercermin dari kemampuan BDMN, BTPN, BCIC dalam meningkatkan perolehan laba bersih dan pendapatan hingga kuartal ketiga 2022. “Didukung secara prospek bisnis juga masih menjanjikan. Kemudian secara prospek valuasi, ketiga saham masih tergolong murah karena memiliki rasio PBV yang lebih murah dibandingkan price to book value (PBV) rata-rata industri yang sebesar 3,44,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Kamis (24/11). Saat ini PBV BDMN berada di level 0,64, PBV BTPN di posisi 0,55, dan PBV BCIC ada di 0,73. Ia melihat, pembelian Home Credit melalui Adira Finance bisa menjadi sentimen positif bagi saham BDMN. “Karena ekspektasi investor melalui corporate action tersebut ke depannya akan dapat mendorong laba konsolidasian Bank Danamon,” jelasnya. Memang sejauh ini, kinerja bank yang dimiliki oleh Jepang ini cukup memuaskan. MUFG Group di Indonesia misalnya mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III-2022. Hal ini tercermin pada kinerja PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF). MUFG menjadi pemegang saham BDMN sejak akhir Desember 2017, setelah mengakuisisi saham milik Temasek Holdings (Asia FInancial). Proses akuisisi terus berlanjut hingga akhirnya MUFG menjadi pemegang saham pengendali pada pertengahan 2019 dengan porsi kepemilikan 92,47%. ADMF adalah perusahaan pembiayaan (multifinance) yang 92,07% sahamnya dimiliki Bank Danamon. Sedangkan MUFG Indonesia berstatus Kantor Cabang Bank Asing. Hingga kuartal III-2022, BDMN membukukan laba bersih senilai Rp 2,61 triliun atau tumbuh 78,14% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: MUFG dan Adira Finance Akuisisi Home Credit, Berikut Komposisi Pemegang Sahamnya Pertumbuhan laba tersebut sejalan kenaikan pendapatan bunga bersih dan menurunnya beban operasional. Bank Danamon membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 10,49 triliun, tumbuh 2,29% dari periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 10,25 triliun. Dari sisi kredit, Bank Danamon menyalurkan Rp 107,53 triliun secara konsolidasi pada kuartal III-2022, tumbuh 9,43% dibandingkan pada Desember 2021 atau secara year to date. Di tengah ekspansi kredit, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) net turun 74 bps secara tahunan menjadi 0,30% pada kuartal III-2022. NPL gross turun 37 bps secara tahunan menjadi 2,71%. Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun pada kuartal III-2022 mencapai Rp 116,91 triliun, terkoreksi 3,43% persen jika dibandingkan dengan Desember 2021. Namun, rasio dana murah atau current account saving account (CASA) naik signifikan menjadi 64,2%, dibandingkan pada September 2021 yang berada pada posisi 57,6%. Kinerja positif Danamon juga ditopang oleh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF), anak usaha multifinance yang fokus pada otomotif dan kredit multiguna. Adira Finance menutup periode sembilan bulan pertama 2022 dengan kenaikan laba 52,19% secara tahunan, dari Rp753,2 miliar menjadi Rp 1,15 triliun. Kenaikan laba ADMF ditopang oleh beban yang tercatat turun dari periode sama tahun lalu. Dimana, penurunannya mencapai sekitar 10,69% menjadi Rp 4,72 triliun. Dari sisi aset, Adira Finance masih mencatatkan kenaikan dibandingkan posisi akhir tahun lalu, dari Rp 23,7 triliun menjadi Rp 24,32 triliun. Kinerja positif seiring dengan realisasi penjualan di pasar otomotif yang didukung oleh subsidi PPnBM hingga September 2022. Penjualan ritel mobil baru domestik berhasil tumbuh signifikan sebesar 21% secara tahunan menjadi 465.000 unit. “Dengan proposisi nilai unik yang berfokus pada sales and service excellence, sinergi yang kuat dengan para mitra kami, pemerintah dan komunitas, serta didukung oleh teknologi kelas dunia,” kata Itagaki belum lama ini. Dia menambahkan perseroan juga berkomitmen untuk memberikan berbagai solusi keuangan terbaik agar para nasabah mampu memegang kendali atas kebutuhan dan tujuan finansial mereka. Menurut Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah, kunci sukses bisnis MUFG Group di Indonesia terletak pada kemampuan mereka dalam sinergi antar unit bisnis, kolaborasi mendalam dan sokongan penuh MUFG Group. “MUFG Indonesia, BDMN dan ADMF itu ibarat sebuah segitiga. Mereka saling terkait, saling menopang dan saling melengkapi serta didukung penuh oleh MUFG Group. Kolaborasi ketiganya memampukan MUFG melayani ekosistem bisnis dari rantai paling hulu hingga hilir. Inilah competitive advantage mereka,” kata Piter. Piter menjelaskan, MUFG Indonesia fokus melayani segmen korporasi skala raksasa. Jika MUFG menyasar korporasi besar, BDMN fokus membidik rantai pasoknya dan melayani ekosistem dari grup tersebut. Maka itu, BDMN sangat menonjol performanya di segmen Enterprise Banking, sementara Adira Finance fokus kepada area konsumen akhir. “Paling gampang memahami konsep segitiga value chain mereka di bisnis otomotif. Jadi, MUFG Group membiayai Toyota Corp, BDMN menyediakan fasilitas kredit ke dealer, ekosistem dan jaringan pendukungnya, sementara Adira Finance membiayai kredit kendaraan untuk para konsumennya. Satu kesatuan, dari hulu ke hilir. Mereka tinggal menduplikasi konsep kolaborasi ini ke sektor bisnis lainnya seperti industri properti,” kata Piter. Tak mau kalah, PT Bank BTPN Tbk yang miliki oleh Sumitomo Mitsui Group mencatatkan laba bersih setelah pajak secara konsolidasi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,418 triliun hingga September 2022. Naik 18,18% dibanding raihan laba bersih hingga kuartal III-2021 yang sebesar Rp 2,046 triliun. “Pertumbuhan laba bersih Bank BTPN yang impresif tidak lepas dari optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan para nasabah kami terhadap Bank BTPN di tengah tingginya inflasi dan tren kenaikan suku bunga bank,” kata Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar. Adapun J Trust Bank membukukan laba bersih sebesar Rp 85,06 miliar per September 2022. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, Bank J Trust masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 337,94 miliar. Ini sejalan dengan kenaikan pendapatan bunga tumbuh 61,45% secara tahunan menjadi Rp 1,17 triliun dari sebelumnya Rp723,48 miliar pada September 2021. Direktur Utama J Trust Bank, Ritsuo Fukadai menjelaskan, peningkatan pendapatan bunga yang signifikan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan kredit.
Ia menyatakan J Trust Bank memastikan ekspansi kredit dilakukan secara selektif dan tetap berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian. Tercatat rasio NPL yang terus membaik yaitu NPL Gross 2,18% dan NPL Net 1,53%. Sedangkan Bank Mizuho Indonesia berhasil mencatatkan laba bersih Rp 620,76 miliar per September 2022. Nilai ini tumbuh 16,28% secara tahunan dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 533,87 miliar. Hal ini ditopang oleh pendapatan bunga yang mencapai Rp 1,28 triliun. Berkat total penyaluran kredit di sembilan bulan pertama 2022 mencapai Rp 53,55 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi