Begini Prospek Unitlink di 2024 Versi Allianz Life Indonesia



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Asuransi Allianz Life Indonesia memproyeksikan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi alias unitlink (Paydi) bakal tumbuh di tahun 2024. Untuk itu perusahaan punya pandangan dari setiap produk unitlink.

Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti mengatakan, ada potensi kenaikan unitlink saham pada semester II 2024 setelah adanya penurunan suku bunga AS dan selesainya proses pemilu di Indonesia.

Menurutnya, sentimen positif yang mempengaruhi kinerja unitlink saham Allianz Life salah satunya kondisi ekonomi global masih memiliki peluang lebih baik terutama dengan penurunan inflasi dan mulai termoderasinya tenaga kerja di AS yang sesuai dengan target The Fed.


“Ini menjadi pertanda baik bagi pendapatan perusahaan dan kepercayaan investor untuk kembali berinvestasi ke aset yang lebih berisiko seperti saham,” ujarnya kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Namun Mede tak menampik, ada sentimen negatif yang mempengaruhi unitlink saham Allianz Life yakni tekanan geopolitik, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan tetap tingginya suku Bunga AS yang berpotensi menjadi sentiment negatif dan berdampak pada pasar.

Baca Juga: BNI Life Optimistis Produk Unitlink Punya Prospek Cerah di 2024, Begini Strateginya

Made melanjutkan, untuk produk unitlink campuran akan memberikan return positif di 2024 dengan memperhatikan underlying saham dan obligasi. Menurutnya, unitlink campuran memiliki komposisi yang cukup diuntungkan untuk mengantisipasi tantangan ekonomi.

“Unitlink campuran dapat terdorong sentimen positif baik sentimen yang berpengaruh kepada kinerja pasar obligasi serta pasar saham,” katanya.

Made menuturkan, prospek kinerja unitlink pendapatan tetap dan unitlink pasar uang juga akan positif di 2024. Untuk unitlink pendapatan tetap, turunnya suku bunga yang diprediksi pada semester II 2024 memungkinkan pasar asing melanjutkan masuk ke pasar obligasi Indonesia dan mendorong kinerja instrumen obligasi.

“Pada kondisi ekonomi Indonesia, dengan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan berlanjut positif, namun seiring dengan inflasi yang lebih rendah dan potensi pelonggaran kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi tingkat suku bunga dan likuiditas di pasar uang,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari