KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT XL Axiata Tbk (
EXCL) belum tumbuh positif. Namun, analis optimistis prospek bisnis EXCL dalam jangka panjang cerah, salah satunya disokong rencana akuisisi PT Link Net Tbk (
LINK). Mengutip laporan keuangan hingga kuartal ketiga 2021, laba bersih EXCL menyusut 51%
year on year (yoy) menjadi Rp 1,01 triliun. Namun, EXCL berhasil mendongkrak pendapatan secara tipis dengan naik 0,73% yoy menjadi Rp 19,80 triliun. Agus Pramono, analis Aldiracita Sekuritas dalam risetnya menulis, pendapatan EXCL meningkat karena jumlah pelanggan meningkat 1,8% secara kuartalan. Sementara,
average revenue per user (ARPU) flat di sekitar Rp 37.000
Meski begitu, margin EBITDA EXCL turun ke 49,6% dari 51% di kuartal sebelumnya. Margin terkoreksi karena ada kenaikan biaya pemasaran 12% secara kuartalan dan biaya infrastruktur naik 3,6% secara kuartalan.
Baca Juga: Menilik Rekomendasi Saham EXCL Seiring Ekspansi Bisnis Jaringan Internet "Biaya iklan meningkat dan EXCL menambahkan 1.029 4G BTS serta membongkar 4.381 3G dan 2G BTS," kata Agus. Sementara, data
yield menurun 9,6% secara kuartalan ke Rp 3,39/MB. Manajemen mengatakan penurunan tersebut terjadi karena pelanggan beralih menggunakan paket data yang lebih murah. Agus mengatakan kondisi tersebut juga menunjukkan bawha saingan di industri telekomunikasi semakin ketat. Namun, ke depannya, Agus optimistis persaingan yang lebih sehat di industri halo-halo akan memberi ruang bagi EXCL untuk menjaga margin dan mengatur belanja modal yang lebih rasional.
Baca Juga: XL Axiata Mencatat Kenaikan Trafik Data Hingga 38% di Libur Natal dan Tahun Baru Rencana Akuisisi
Di akhir 2021, manajemen mengumumkan bahwa sedang menjalani proses akuisisi mayoritas saham LINK. Tahap negosiasi perjanjian jual beli (PJB) kini masih pelaku pasar tunggu untuk disahkan. XL dan Axiata Group Berhad bakal membeli 1,82 miliar saham atau setara 66,03% modal ditempatkan dan disetor dalam LINK. Akuisisi ini merupakan langkah XL Axiata untuk mengembangkan bisnis
fixed broadband (FBB) dengan meluncurkan produk konvergensi. Dengan menggaet operator
fiber to the home (FTTH) yang sudah berkecimpung terlebih dahulu dalam bisnis ini, XL Axiata berharap bisnis dapat berkembang secara lebih cepat. Namun, Agus mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan dampak dari aksi akuisisi tersebut. Sementara Michael Setjoadi Analis RHB Sekuritas menulis dalam risetnya mengatakan jika rencana akuisisi terealisasi maka EXCL dapat meningkatkan ARPU FTTH melalui produk konvergen dengan lebih dapat mengikat kebutuhan pelanggan. Dalam menghadapi ketatnya persaingan di industri telekomunikasi, Michael menilai EXCL memiliki keunggulan dalam menyediakan layanan digital pada pelanggannya. "Layanan yang diberikan EXCL bisa menjadi peluang untuk pertumbuhan kinerja dari brand loyalty," kata Michael. Oleh sebab itu, EXCL terus berinvestasi pada kapasitas jaringannya.
Baca Juga: Saham Emiten Telekomunikasi Memiliki Prospek yang Cerah, Berikut Rekomendasi Analis Michael memproyeksikan laba bersih EXCL di 2022 berpotensi menurun akibat belanja modal yang lebih tinggi. Namun, Michael merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.400 per saham. Sementara, Agus merekomendasikan beli dan memasang target harga Rp 3.500 per saham.
Manajemen biaya dalam rental tower expense serta beban administratif dan penjualan menjadi faktor krusial, karena biaya-biaya tersebut berkontribusi sekitar 67% dari total biaya operasional (opex). Kedua, penambahan kas internal melalui kesuksesan penjualan aset-aset infrastruktur, dimana nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 500 miliar. Sehingga aset EXCL naik sekitar Rp 890 miliar dibandingkan dengan kuartal II-2021.
Baca Juga: Tren Merger Operator Telko Tahun Ini Dinilai Positif bagi Konsumen dan Pemerintah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati