Begini Proyek Pasar Obligasi di Kuartal II-2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pasar obligasi di Indonesia diproyeksi belum akan membaik pada kuartal II-2022. Terlebih, di tiga bulan pertama tahun ini, kinerja pasar obligasi masih melempem.

Para analis mengatakan, pasar obligasi masih akan diselimuti sentimen negatif, mulai dari kenaikan tingkat suku bunga acuan hingga lonjakan inflasi.

Sekedar informasi, kinerja obligasi korporasi secara rata-rata hanya menghasilkan return 1,27% di sepanjang kuartal I-2022. Investasi di obligasi negara secara rata-rata malah merugi 0,15% di periode yang sama.


Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan, sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan pasar obligasi di kuartal II-2022 adalah kenaikan inflasi dan normalisasi tingkat suku bunga acuan.

Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) sudah menyampaikan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin. Namun, pelaku pasar memproyeksi kenaikan yang lebih tinggi.

Baca Juga: Mengintip Prospek Kinerja Reksadana Indeks di Tengah Rekor IHSG

Suku bunga acuan dari sejumlah negara dalam tren naik untuk meredam lonjakan inflasi yang sudah di depan mata. Hal yang sama juga terjadi di dalam negeri, di mana lonjakan inflasi juga terjadi.

"Pasar obligasi di kuartal II-2022 masih akan tertekan karena inflasi di ekspektasi naik dengan diperbolehkan mudik Lebaran," kata Dimas, Senin (4/4).

Sementara, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun, Dimas proyeksikan masih akan berada di level tinggi seperti posisi di Senin (4/4) yang berada di level 6,7%.

Kompak, Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha juga memproyeksikan inflasi akan naik lebih tinggi dari proyeksi pemerintah.

Penyebabnya, perang Rusia-Ukraina masih terus berlanjut dan membuat harga komoditas naik. Bahkan, pemerintah sudah menyesuaikan kenaikan harga komoditas dengan juga menaikkan harga baham bakar minyak. Inflasi yang ditargetkan 3,5% berpotensi naik ke 5%.

"Musuh obligasi adalah inflasi tinggi yang membuat harga obligasi menurun," kata Yudha.

Baca Juga: Ungguli Obligasi Pemerintah, Simak Prospek Kinerja Obligasi Korporasi Tahun Ini

Dimas memproyeksikan pasar obligasi berpotensi terkoreksi dengan yield yang naik ke 6,8%-6,9%. Namun, tidak menutup kemungkinan jika harga komoditas kembali normal dan kondisi geopolitik sudah stabil, pasar obligasi berpotensi menguat kembali dengan yield turun ke 6,2%-6,5% di tahun ini.

"Penguatan pasar obligasi masih akan didukung dari likuiditas yang tinggi dan real yield Indonesia yang tetap menarik," kata Dimas.

Di satu sisi, Dimas mengatakan koreksinya pasar obligasi bisa dimanfaatkan investor untuk mendapatkan harga obligasi yang lebih murah. Melihat fundamental Indonesia yang solid, pasar obligasi masih menarik untuk dipegang hingga jangka panjang.

Namun, untuk jangka waktu yang lebih pendek, Dimas menyarankan investor untuk masuk ke obligasi korporasi yang pergerakan harganya lebih stabil.

Yudha juga mengatakan, seiring perbaikan ekonomi yang terus berlanjut akan menjadi sentimen positif bagi obligasi korporasi. Proyeksi kinerja pasar obligasi korporasi secara rata-rata di tahun ini naik 6%-7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari