KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Rusia Vladimir Putin, menyatakan pembatasan ekspor terhadap beberapa komoditas logam mulia seperti uranium, titanium, nikel. Dikutip dari
Reuters, dalam pertemuan dengan para menteri yang disiarkan di televisi pada Rabu, (9/11) Putin mengatakan bahwa Moskow harus mempertimbangkan untuk membatasi ekspor uranium, titanium, dan nikel sebagai pembalasan atas sanksi-sanksi Barat. Menurut Putin, pembatasan semacam ini juga bisa diberlakukan untuk komoditas lain, sebab Rusia adalah produsen utama gas alam, berlian, dan emas.
Kendati demikian, ia menekankan "pembatasan ini tidak harus dilakukan segera dan juga tidak boleh menyebabkan kerusakan pada Rusia sendiri," kata Putin kepada Perdana Menteri Mikhail Mishustin, dikutip pada Jumat (13/9).
Baca Juga: Putin Pertimbangkan Pembatasan Ekspor Uranium, Titanium, dan Nikel Adapun pernyataan ini kemudian mendorong kenaikan harga nikel dan mendorong saham-saham perusahaan pertambangan uranium naik. Nikel tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melonjak 2,6% menjadi US$ 16.145 per metrik ton tidak lama setelah pernyataan Putin. Rusia adalah rumah bagi Nornickel (GMKN.MM), produsen nikel olahan terbesar di dunia. Perusahaan ini merupakan pemasok nikel utama ke China dan Eropa. Perusahaan ini tidak segera menanggapi permintaan komentar. Lebih dari seperlima nikel di gudang yang terdaftar di LME berasal dari Rusia, data menunjukkan pada hari Selasa. Logam ini digunakan dalam baterai dan paduan dengan berbagai aplikasi termasuk pelapisan lapis baja dan bilah turbin.
Baca Juga: Lolos Tekanan AS, Nornickel Mulai Kembalikan Produksinya Tidak hanya itu, Rusia juga memimpin sejumlah cadangan bahan baku strategis. Misalnya gas alam, terdapat hampir 22% dari cadangan dunia, kemudian emas mencapai sekitar 23%, untuk berlian terdapat lebih dari 55%. Menanggapi hal ini, pengamat komoditas, Lukman Leong tidak menampik lonjakan harga yang terjadi pasca pernyataan Putin. Namun sentimen sentimen ini memberikan dorongan pada harga untuk jangka pendek. Di sisi lain, menurutnya kenaikan harga juga didukung oleh pelemahan dolar AS dalam 24 jam terakhir. Oleh sebab itu, seberapa besar dampak dari pembatasan ekspor nikel dan komoditas lainnya tergantung keputusan Putin ke depannya.
Baca Juga: Lolos Tekanan AS, Nornickel Mulai Kembalikan Produksinya "Walau pada praktiknya mungkin Rusia akan tetap menjual Nikel ke negara yang tidak dibatasin. Hal ini justru bisa semakin menekan harga seperti minyak mentah Rusia yang dijual ke beberapa negara dengan harga khusus yang lebih murah," kata Lukman kepada KONTAN, Jumat (11/9).
Sementara itu, Lukman menganalisa, jika surplus nikel tahun ini diperkirakan sebesar 230-250 kt sedangkan produksi Russia sekitar 200.000 ton. Maka dengan tindakan Russia menghentikan ekspor nikel secara total, pasar nikel masih tetap surplus. Dari sisi investor, ia melihat investor masih cenderung
wait and see merespons pernyataan Putin ini. Pada akhir tahun Lukman memperkirakan harga Nikel akan berada di kisaran US$ 18.000 per ton, terangkat sentimen harapan stimulus China dan pemangkasan suku bunga bank sentral dunia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli