KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2019 ini, tercatat 13 perusahaan yang siap melakukan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO). Perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan tahun buku 30 Juni 2018 hingga 31 Oktober 2018. Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Nathanael Sutyanto mengatakan, prospek IPO tahun ini harusnya masih oke karena banyak pipeline IPO yang akan listing. "Selain itu, kondisi ekonomi juga masih baik," tuturnya pada hari ini (3/1). Lalu soal nilai emisi IPO dan jadwal IPO, David bilang bahwa itu tergantung dengan perusahaan yang mau listing. Lebih lanjut, David tak menampik bahwa saham-saham IPO memang menarik, tapi juga punya risiko tersendiri.
"Emiten pada umumnya dalam jangka pendek tidak dapat melakukan apa-apa melihat fluktuasi harganya. Tapi dalam jangka panjang, dengan rutin melakukan keterbukaan informasi, maka fluktuasi harganya lebih terjaga," kata dia. Dari 13 perusahaan yang berencana IPO, David menjagokan PT Sentra Food Indonesia (SFI) dan PT Nusantara Properti Internasional (NPI) lantaran punya prospek yang baik ke depan."SFI itu perusahaan yang memiliki Kemfood, itu merek sosis terkenal. Lalu NPI adalah perusahaan perhotelan yang berfokus ke pariwisata. Nah pariwisata sedang berkembang, jadi ada potensi di sana," ujarnya. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, tahun ini IHSG diperkirakan akan recovery setelah negatif pada 2018. Dengan demikian, bisa membuat investor lebih optimis untuk membeli saham-saham IPO. "Pada tahun 2018, kinerja saham-saham IPO rata-rata cukup baik terutama pada satu bulan setelah listing. Saya prediksi tren ini masih akan berlajut di 2019," terangnya. Menurut Wawan, IPO tahun ini sebagian besar masih dari sektor properti yang kinerjanya masih lesu di 2018. Sehingga ia tak menyarankan membeli saham perusahaan tersebut. "Tahun lalu, ketika IHSG minus 2%, indeks sektoral property minus hingga 9%. Di tahun ini karena suku bunga masih ada kemungkinan naik jadi berimbas negatif ke industri properti," tambahnya.
Wawan menyarankan investor melirik sektor Financial Technology (Fintech). "Untuk Fintech, ada PT Envy Technologies Indonesia. Selain itu, kalau kita lihat kinerja sektor fintech yang ikut IPO di 2018 sangat baik," imbuhnya. Lebih lanjut Wawan menerangkan bahwa untuk fintech memang umumnya investor tertarik kepada potensi kinerja di masa depan," paparnya. Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menyatakan, tahun ini IPO akan lebih ramai, mengingat outlook ekonomi Indonesia yang lebih stabil. "Akan tetapi, dari calon emiten yang sudah mengumumkan rincian target perolehan dananya relatif kecil. Yang relatif besar perolehan dananya hanya PT Pollux Investasi International," jelas dia. Valdy bilang, hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan sikap wait and see dari perusahaan untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). "Seperti beberapa anak usaha perusahaan BUMN yang kembali menunda IPO ke kuartal II 2019 hingga kuartal IV 2019. Selain itu, kalau dicermati mayoritas adalah emiten-emiten di sektor properti dan konstruksi. Hal ini dapat mengindikasikan perbaikan di sektor tersebut pada tahun ini," paparnya. Dari 13 daftar perusahaan yang bakal IPO, Ia menilai yang menarik adalah Pollux dan Nusantara Properti International. "Selain besar dari ukuran perusahaan, produk-produk yang ditawarkan juga relatif memiliki brand awareness yang cukup baik di masyarakat," pungkas dia.