KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi swasta tercatat masih bervariasi di paruh pertama tahun 2024. Sejumlah emiten berhasil mencetak lonjakan laba tetapi ada juga yang justru mengalami kerugian. Misalnya, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatatkan laba bersih Rp 112,65 miliar di paruh pertama tahun 2024. Hasil tersebut naik 66,6% secara tahunan alias
year on year (yoy). Kenaikan laba bersih itu pun sejalan dengan peningkatan pendapatan usaha di periode ini. TOTL mengantongi pendapatan usaha Rp 1,43 triliun di semester I 2024, naik 18,32% yoy.
Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada, Anggie S. Sidharta mengatakan, kenaikan pendapatan dan laba bersih perseroan di paruh pertama 2024 ini dipengaruhi oleh kenaikan kontrak baru yang didapat di tahun 2023. Kenaikan tersebut otomatis membuat proyek TOTL di tahun lalu bertambah dan berimbas ke keuangan perseroan sekarang. “Selain itu, kami melakukan efisiensi dan optimalisasi atas beban operasional di setiap proyek yang sedang berjalan,” ujar Anggie kepada Kontan, Jumat (2/8).
Tak jauh berbeda, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih Rp 59,62 miliar di semester I 2024, naik 11,8% yoy. NRCA juga mengantongi pendapatan Rp 1,60 triliun di semester I, terkerek 29,44% yoy.
VP Head of Investor Relations PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), Erlin Budiman mengatakan anak usahanya NRCA membukukan kontrak baru sebesar Rp 2,26 triliun di paruh pertama tahun 2024. Salah satu proyek utama pada semester I adalah RS Mayapada IKN Kalimantan Timur. “Raihan tersebut naik sebesar 34,5% dibandingkan dengan kontrak baru yang diperoleh pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,68 triliun,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Jumat (2/8).
NRCA Chart by TradingView Beda nasib, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) masih mencatatkan rugi di paruh pertama tahun 2024. Padahal di periode ini ACST berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan. Melansir laporan keuangan, pendapatan bersih ACST tercatat sebesar Rp 1,13 triliun di semester I 2024, naik 35,96% yoy. Dengan kenaikan sejumlah beban, ACST pun mencatatkan rugi setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih Rp 135,98 miliar di semester I, naik 146,72% yoy.
Director Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, kinerja dari emiten konstruksi tergantung dari perolehan kontrak dan kelancaran pembayaran atas proyek yang mereka kerjakan. “Semakin banyak proyek yang diperoleh dan pembayaran lancar, maka mereka bisa membukukan perolehan atas nilai kontrak tersebut,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (2/8). Di semester II, diproyeksikan kinerja emiten konstruksi bisa lebih baik. Namun, perlu diperhatikan juga kinerja emiten dalam membukukan perolehan kontrak baru. “Serta, kelancaran pembayaran karena nanti akan berkaitan dengan kesehatan
cash flow mereka,” katanya. Di sisi lain, ada potensi penurunan suku bunga di semester II, sehingga bisa menurunkan beban operasional para emiten konstruksi. Hal ini juga akan mengapresiasi harga saham para emiten ke depannya. “Akan tetapi, pergerakan harga saham juga rentan dengan sentimen lainnya. Ini yang juga harus diantisipasi pelaku pasar,” paparnya
Baca Juga: Kinerja Emiten Konstruksi Dibayangi Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham TOTL dan NRCA Reza pun merekomendasikan beli untuk TOTL dengan target harga Rp 710 per saham. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pergerakan harga saham TOTL ada di level
support Rp 600 per saham dan resistance Rp 700 per saham dengan tren menguat. William pun merekomendasikan beli untuk TOTL dengan target harga Rp 700 per saham.
Untuk NRCA, pergerakan sahamnya ada di level
support Rp 340 per saham dan
resistance Rp 370 per saham dengan tren
sideways. NRCA direkomendasikan beli dengan target harga Rp 370 per saham. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo melihat, pergerakan harga saham TOTL ada di level
support Rp 540 per saham dan
resistance Rp 785 per saham. Rekomendasi beli diberikan untuk TOTL dengan target harga Rp 785 per saham. William melihat, pergerakan harga saham NRCA berada di level
support Rp 322 per saham dan
resistance Rp 374 per saham. William merekomendasikan
wait and see untuk NRCA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih