KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan lahan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) diproyeksi bakal pendorong kinerja PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) pada tahun ini. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan melihat, aktivitas usaha di wilayah Indonesia akan kembali meningkat, yang tentunya akan memperbesar permintaan untuk lahan usaha. Pabrik pengolahan (smelter) tembaga terbesar yang memiliki kapasitas produksi sebesar 600.000 metrik ton (MT) saat ini sedang dibangun di Kawasan JIIPE milik AKRA. Pembangunan smelter ini dinilai mampu meningkatkan permintaan lahan industri hilir
(downstream). Farras menyebut, AKRA telah berhasil menjual 42 hektare (ha) lahan JIIPE sepanjang 2022 dengan membukukan pendapatan hingga Rp 1,4 triliun. Realisasi ini sekaligus memenuhi proyeksi penjualan lahan tahun 2022 yang dipasang oleh Samuel Sekuritas.
Untuk tahun ini, Samuel Sekuritas memproyeksi AKRA mampu membukukan penjualan lahan JIIPE sebanyak 70 Ha tahun ini. Prediksi penjualan tersebut berpotensi menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,1 triliun, dengan potensi 50%
gross margin.
Baca Juga: Saham Sektor Energi Loyo pada Awal Tahun, Begini Rekomendasi dari Analis Dengan mempertimbangkan potensi pendapatan tambahan ini, Farras merevisi proyeksi laba bersih AKRA di 2022 menjadi Rp 2 triliun atau naik 80% secara
year-on-year (YoY). Sementara untuk 2023, AKRA diramal membukukan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun atau naik 24% YoY. Revisi laba bersih ini sejalan dengan peningkatan
gross margin dan
net margin secara keseluruhan menjadi 9,1% dan 4,8% yang didorong oleh peningkatan efisiensi operasional dari bisnis distribusi dan perdagangan serta kontribusi JIIPE, yang memiliki margin tinggi “Kami meyakini bahwa ruang pertumbuhan AKRA masih lebar, hal ini didukung oleh inisiatif pemerintah untuk mendorong industri mineral
down streaming dengan upaya nyata pemerintah berupa peningkatan investasi industri
downstream dan kebijakan
banning terhadap ekspor bahan mentah,” tulis Farras dalam riset, Rabu (11/1). Farras juga melihat bahwa tingginya permintaan energi dan bahan baku dari berbagai sektor yang mulai meningkatkan kapasitas operasionalnya, seperti pertambangan, manufaktur, memiliki dampak positif terhadap performa AKRA.
Berdasarkan estimasi Farras, AKRA bakal mampu meningkatkan volume distribusi migasnya menjadi 2 3 juta kilo liter (Kl) atau naik 5% YoY di 2023. Selain itu, infrastruktur mutakhir yang dimiliki AKRA mampu mendistribusikan bahan kimia secara
bulk dengan volume yang besar, sehingga prosesnya lebih efisien, Farras mempertahankan rekomendasi
buy saham AKRA dan menaikkan target harga menjadi Rp 1.700 per saham dari sebelumnya Rp 1.650 per saham. Risiko utama dari rekomendasi ini diantaranya penurunan permintaan akibat memburuknya iklim investasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari