Begini Rekomendasi Saham Astra International (ASII) yang Disetir Segmen Otomotif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT Astra International Tbk (ASII) di tahun ini bakal disetir oleh segmen otomotif. Ini artinya segmen otomotif menggantikan dominasi dari segmen alat berat ASII yang didukung moncernya harga komoditas di tahun lalu.

Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan mengamati bahwa segmen usaha alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi (HEMCE) bakal tersingkir dominasinya. Seiring prospek harga batubara global yang kurang menarik di 2023, maka dominasi segmen HEMCE milik ASII yang dikelola anak usahanya yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR) akan menghilang tahun ini.

Rudy melihat segmen otomotif akan mengambil sorotan sebagai gantinya karena didorong oleh prospek penjualan kendaraan roda empat (4W) yang diproyeksikan mencapai 1 juta unit, disertai dengan penjualan kendaraan roda dua (2W) yang lebih marak yang diperkirakan mencapai 5,4 juta - 5,6 juta unit pada tahun ini.


Rencana pemerintah untuk menyubsidi penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) juga dipandang sebagai katalis positif bagi ASII, seiring langkah Daihatsu ingin berinvestasi di pasar EV Indonesia. Dengan demikian, kehadiran Daihatsu sebagai mitra ASII akan mengganggu pasar kendaraan listrik Indonesia yang didominasi oleh Hyundai dan Wuling.

Baca Juga: Astra (ASII) dan Equinix Bikin Usaha Patungan Data Center

Posisi ASII sebagai pemimpin pasar sekitar 68% untuk sektor roda dua dan 53% untuk sektor roda 4, sebagian akan mengimbangi pendapatan UNTR yang diproyeksikan menurun. Sehingga MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pendapatan ASII bakal tergelincir sebesar -4,54% YoY di tahun ini, tetapi proyeksi tersebut sepertinya telah disesuaikan oleh pasar.

“Persaingan yang ketat akan berlanjut sepanjang tahun ini, tetapi penyegaran pada Toyota Fortuner, Toyota Rush, dan Daihatsu Terios menunjukkan potensi peluang yang tidak dapat diabaikan di 2023,”tulis Rudy dalam riset tanggal 9 Maret 2023.

Kendati demikian, Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman mencermati volume penjualan nampaknya akan lebih rendah di tahun ini karena berbagai hambatan. Tahun lalu sudah menjadi tahun pemulihan yang kuat, didorong oleh pemulihan ekonomi, percepatan dan peluncuran model baru kendaraan listrik, serta dorongan permintaan dari diskon pajak barang mewah yang berjalan hingga akhir September 2022.

Mengingat kinerja tahun lalu yang sangat kuat, maka kinerja ASII pada tahun 2023 diperkirakan tidak akan melebihi penjualan tahun 2022. Hal itu karena hambatan untuk permintaan mobil meningkat imbas suku bunga naik, meningkatnya tekanan inflasi, dan juga tidak adanya diskon pajak barang mewah.

“Faktor-faktor tersebut kemungkinan akan mengurangi permintaan dan membatasi pembelian mobil,” ungkap Arief dalam riset 16 Januari 2023.

Baca Juga: Garap Bisnis EV, Astra International (ASII) Anggarkan Capex Rp 40 Triliun

Arief meyakini skema subsidi kendaraan listrik yang diusulkan pemerintah untuk mempercepat adopsi penggunaan EV akan menghadapi beberapa kendala, antara lain rumah tangga melihat lebih sedikit insentif untuk beralih ke kendaraan listrik sehingga masih bertahan pada kendaraan dengan bahan bakar bersubsidi saat ini, sekalipun harga minyak dunia tetap tinggi.

Kurangnya infrastruktur pengisian daya juga bisa menjadi faktor kendala adopsi EV. Dimana hanya ada sekitar 413 stasiun pengisian daya di 295 lokasi di seluruh Indonesia, per Januari 2023.

Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono sepakat bahwa pelemahan harga komoditas kurang bisa mendukung segmen bisnis HEMCE milik Astra International. Penjualan otomotif akan berkontribusi lebih baik.

“Daya beli masih ada. Kalau motor, bakal ada naiknya permintaan karena memang ada permintaan yang tertahan di tahun lalu,” kata Agus kepada Kontan.co.id, Rabu (12/4).

Baca Juga: Astra (ASII) Siapkan Capex Rp 40 Triliun, Jatah United Tractors (UNTR) Paling Besar

Di sepanjang tahun 2022, pendapatan konsolidasi ASII tumbuh 29,1% YoY menjadi Rp 301,4 triliun yang utamanya ditopang segmen bisnis HEMCE dan segmen otomotif. Pendapatan kedua segmen tersebut masing-masing naik sekitar 56% dan 25% YoY menjadi Rp 123,7 dan Rp 121,1 triliun pada tahun lalu. Bisnis alat berat HEMCE berkontribusi sekitar 41.0% terhadap pendapatan, disusul kontribusi bisnis otomotif sebesar 40.2%, lalu bisnis dari Jasa Keuangan sekitar 8.9%, serta 9.9% dari bisnis lain-lain.

Dari sisi bottom line, emiten induk grup Astra ini membukukan laba bersih senilai Rp 28,94 triliun atau naik 43% secara tahunan (yoy). Perlu dicatat, laba bersih ini dengan memperhitungkan penyesuaian nilai wajar dari investasi ASII di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Sementara, laba bersih ASII yang tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi Grup di GOTO dan HEAL mencapai Rp 30,5 triliun atau lebih tinggi sekitar 51% dibandingkan raihan tahun 2021.

Rudy merekomendasikan buy saham ASII dengan target harga di Rp 7.000 per saham. Kalau Agus menyarankan buy pada ASII dengan target harga di Rp 6.900 per saham. Setali tiga uang, Arief merekomendasikan buy untuk ASII namun dengan target harga lebih rendah di Rp 6.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati