KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) kembali ditutup di zona merah setelah ditutup anjlok 1,39% atau 100,9 poin ke 7.157,73 pada Selasa (17/12). IHSG tercatat sudah melemah dalam empat hari perdagangan berturut-turut. Kinerjanya bahkan melemah 1,58% sejak awal tahun alias
year to date (YTD). Aliran dana asing tercatat keluar dari pasar saham hari ini sebesar Rp 1,63 triliun di seluruh pasar. Net sell asing di pasar reguler mencapai Rp 1,54 triliun, sedangkan net sell di pasar negosiasi Rp 89,45 miliar.
Direktur PT Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus melihat, pelemahan IHSG hari ini disebabkan oleh pelaku pasar yang masih menanti hasil rapat FOMC dan rapat Dewan Gubernur Ban Indonesia (BI). Investor masih menantikan arah kebijakan sku bunga dari kedua bank sentral tersebut. “Diperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) dan BI akan menahan suku bunga di level 6% dalam rapat pekan ini,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (17/12).
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Asing Saat IHSG Merosot Kemarin Untuk hari ini (18/12), IHSG diperkirakan masih akan cenderung melemah, meskipun sudah terbatas. Pergerakannya akan ada di rentang 7.100 - 7.220. Dengan minimnya sentimen positif dan kondisi pasar saat ini, Daniel pun memperkirakan IHSG akan ada di kisaran level 7.300 pada akhir tahun 2024. Daniel pun menyarankan investor untuk memperhatikan pergerakan saham PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) untuk perdagangan besok dengan target harga di Rp 2.800 per saham. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, momentum
window dressing saat ini sudah berakhir. Alhasil, sentimen positif untuk pasar saham domestik kemungkinan juga sudah minim. Hal itu juga diperburuk dengan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Rupiah spot tercatat melemah 0,62% ke Rp 16.101 per dolar AS dan rupiah JISDOR terkoreksi 0,19% ke Rp 16.050 per dolar AS pada perdagangan Selasa (17/12) “Pelemahan rupiah ini disebabkan faktor global. Kondisi ini sudah pernah terjadi di kepemimpinan Donald Trump sebelumnya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (17/12). Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang melihat, secara teknikal, IHSG belum mampu kembali ke atas MA20 di kisaran level 7.266 seiring dengan penyempitan positive slope serta potensi Death Cross pada indikator MACD. Alhasil, IHSG rawan melanjutkan pelemahan dengan level support di 7.100 dan resistance 7.200, dengan pivot di level 7.100 pada perdagangan hari ini.
Baca Juga: Bursa Asia Dibuka Bervariasi di Pagi Ini (18/12), Pasar Cermati Koreksi Wall Street Menurut Alrich, sentimen untuk pergerakan IHSG pada perdagangan besok disebabkan oleh faktor global, regional, dan domestik. Dari Amerika Serikat, pasar mengantisipasi rilis data Building Permits Prel bulan November 2024 yang dijadwalkan rilis pada Rabu. Pelaku pasar memperkirakan data tersebut naik menjadi 1,43 juta, dari 1.419 juta di Oktober 2024. Hal itu menandakan adanya optimisme pasar mengenai prospek ekonomi dan pasar properti di AS. “Di waktu yang sama, rilis data Housing Starts bulan November 2024 di AS diperkirakan naik menjadi 1,34 juta, dari 1,311 juta di Oktober 2024. Ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas pembangunan di pasar perumahan,” ujarnya kepada Kontan. Dari Kawasan Eropa, sejumlah data inflasi yang dijadwalkan rilis pada Rabu (18/12) diperkirakan meningkat. Tingkat Inflasi di Inggris pada bulan November 2024 diperkirakan akan naik ke level 2,6% year on year (YoY), dari sebelumnya 2,3% YoY di Oktober 2024. Sementara Tingkat Inflasi Final di Euro Area pada bulan November 2024 juga diperkirakan naik ke level 2,3% YoY, dari 2% YoY di Oktober 2024. “Kondisi tersebut diyakini dapat mempengaruhi kebijakan moneter bank-bank sentral di Eropa ke depannya,” paparnya.
Dari regional, pasar mengantisipasi rilis data Neraca Perdagangan Jepang bulan November 2024 yang dijadwalkan rilis pada Rabu besok. Diperkirakan, Neraca Perdagangan Jepang akan mengalami defisit ¥688,9 miliar pada bulan November. “Kondisi ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi ekonomi Jepang di akhir 2024,” ungkapnya. Sementara dari domestik, pasar menantikan pertemuan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dijadwalkan pada Rabu besok untuk mengetahui keputusan suku bunga acuan serta arah kebijakan moneter BI di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS beberapa waktu terakhir. “Pasar memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 6% pada RDG BI besok,” paparnya.
Alrich pun menyarankan investor untuk memperhatikan pergerakan saham
BRPT,
EXCL,
ISAT,
JPFA, dan
KLBF pada perdagangan hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari